BATAM. Bank Indonesia Kepulauan Riau mencatat kegiatan investasi di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I-III tahun 2016 melemah relatif signifikan, hingga menekan pertumbuhan ekonomi provinsi yang berbatasan dengan empat Negara Jiran itu.
"Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) melemah cukup signifikan, terutama investasi di sub sektor bangunan," kata Kepala Kantor BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Kepri, Kamis (15/12).
PMTB tercatat tumbuh melambat 0,11% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 8,63% (yoy).
Menurut dia, pelemahan PMTB terjadi akibat kontraksi investasi sub sektor bangunan sebesar 4,35% (yoy) menurun signifikan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,32% (yoy).
Sementara itu, PMTB nonbangunan tercatat menguat 11,5% (yoy) dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,67% (yoy).
"Rendahnya realisasi investasi swasta menjadi juga pemicu melemahnya ekonomi Kepri," kata Gusti.
BI mencatat, Penanaman Modal Asing (PMA) terkontraksi semakin dalam, yaitu sebesar 38,4% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 12,2% (yoy).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) juga masih melanjutkan kontraksi sebesar 71,3% (yoy) relatif sama dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 73,3% (yoy).
Sementara itu, perekonomian Kepri pada triwulan III 2016 hanya tumbuh 4,64% (yoy) melemah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,50% (yoy).
Pertumbuhan itu merupakan yang terendah dibandingkan periode lima tahun ke belakang, serta lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya pada triwulan ketiga sebesar 6,95% (yoy).
"Bila dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera, kinerja pertumbuhan tersebut menempatkan Kepri pada peringkat ke-6. Pada periode-periode sebelumnya, peringkat kinerja pertumbuhan ekonomi Kepri selalu menempati peringkat tertinggi di Sumatera," kata Gusti.
Dari sisi kumulatif triwulan I - III, pertumbuhan ekonomi Kepri juga baru mencapai 4,9%, juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya pada 5 tahun sebelumnya sebesar 6,91%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News