Percepat rehabilitasi mangrove, BRGM gelar sekolah lapang di Bangka Belitung

Rabu, 03 November 2021 | 11:30 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
Percepat rehabilitasi mangrove, BRGM gelar sekolah lapang di Bangka Belitung

ILUSTRASI. Warga mengunjungi kawasan hutan Mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali, Selasa (2/11/2021). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.


LINGKUNGAN HIDUP - JAKARTA. Menjadi salah satu negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, Indonesia berperan penting dalam mengendalikan perubahan iklim global. Bahkan, mangrove juga bisa mencegah erosi dan abrasi, serta menjadi habitat biota Laut yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkat perekonomian masyarakat.

Oleh karena itu, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)  terus berupaya untuk mempercepat rehabilitasi mangrove. Upaya ini juga menghimpun dukungan masyarakat, salah satunya dengan menggelar Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove di Hutan Kemasyarakatan (HKM) Sebrang Bersatu, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung.

Program yang diikuti oleh 40 peserta ini , terdiri dari perwakilan Kelompok Masyarakat, Koordinator Lapangan dan Pendamping Desa. Di mana nantinya mereka akan diberikan edukasi terkait pengelolaan ekosistem mangrove, pemetaan partisipatif, teknik rehabilitasi ekosistem mangrove, penyemaian dan penanaman, monitoring dan penyulaman, serta rencana tindak lanjut berbasis sumber daya lokal.

“Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Kelompok Masyarakat dan stakeholders lainnya untuk mendukung percepatan rehabilitasi mangrove, serta menjadi stimulus pengintegrasian kegiatan rehabilitasi mangrove dengan Peraturan Desa,” ujar Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM. 

Baca Juga: Begini langkah Kementerian PUPR dorong pengurangan emisi gas rumah kaca

Sementara itu, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL), Tekstiyanto menyebut program Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove yang digelar oleh BRGM ini merupakan upaya sosialisasi dan edukasi yang dilaksanakan secara partisipatif, sehingga permasalahan lanskap ekologi dan sosial ekonomi di ekosistem mangrove dapat diselesaikan secara holistik.

“Kami berharap kesadaran dan kemauan masyarakat lebih meningkat, terutama partisipasi dalam mengelola ekosistem mangrove secara lestari, tanpa mengesampingkan kebutuhan ekonomi secara bijak,” ungkap Tekstiyanto.

Lebih lanjut dirinya berpendapat, terkait maraknya pertambangan laut dan pembangunan budidaya tambak udang vaname di zonasi mangrove, maka perlu adanya aksi nyata dalam mengembalikan ekosistem mangrove.

“Dengan mengoptimalkan partisipasi semua pihak, tapak demi tapak lokasi mangrove akan menghijau, sampai akhirnya satu landscape besar akan menghijau karena tertanami seluruhnya. Landscape itu bagian dari alam kita, bagian dari hidup kita. Perlu kita sadari bersama bahwa mangrove menjadi benteng daratan dan mangrove sumber kehidupan biota laut,” pungkasnya.

Selanjutnya: Pemerintah klaim carbon pricing dan pajak karbon bisa tingkatkan investasi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi
Terbaru