Pupuk Langka dan Mahal, Ibas Desak Pupuk Holding Beri Solusi Bagi Petani

Rabu, 22 Juni 2022 | 17:24 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Pupuk Langka dan Mahal, Ibas Desak Pupuk Holding Beri Solusi Bagi Petani

ILUSTRASI. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono. Pupuk Langka dan Mahal, Ibas Desak Pupuk Holding Beri Solusi Bagi Petani.


PUPUK BERSUBSIDI - JAKARTA. Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mewakili para petani dan pekebun di daerah pilihannya (dapil) menyampaikan aspirasi terkait persoalan pupuk dan beberapa pandangannya disertai solusi kepada Pemerintah. Hal tersebut disampaikan Ibas ketika melaksanakan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur, Selasa (21/6/2022).

“Saya bicara atas aspirasi para kelompok tani, pekebun, dan sebagian peternak. Dapil kami tidak jauh dari Gresik, masih kawasan Jawa Timur, di area Pacitan, Magetan, Ponorogo, Ngawi, Trenggalek. Masih dalam zona yang cukup terjangkau ketimbang kalau kita bicara daerah yang jauh di sana, seperti di Kalimantan, Aceh, dan NTB. Mereka semua beragam. Ada yang senang, ada yang puas, tapi tidak sedikit juga yang protes,” ungkap legislator dari Dapil Jatim VII ini seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (22/6). 

“Sama yang kami dengar, juga seiring yang disampaikan Pak Dirut, bahwa pupuk langka, pupuk subsidi juga langka, apalagi pupuk komersil juga tidak bisa dicari, ini kata mereka,” imbuhnya. 

Ibas kemudian menyampaikan keluh kesah petani di dapilnya. “Mereka juga menyampaikan kepada kami, pupuk seringkali tidak datang tepat waktu alias kosong. Ketika sudah mulai menanam, mau memupuk, pupuknya enggak ada. Kecuali mereka yang sudah menyetok karena mungkin mempunyai kemampuan lebih besar dari kawan-kawan yang lain,” ungkapnya. 

Baca Juga: Anggaran Ketahanan Pangan Belum Tepat Sasaran, Banyak Berkutat di Subsidi Pupuk

Ibas juga memberikan apresiasi atas pendapatan Pupuk Indonesia yang berhasil naik. Namun, di sisi lain ia juga mempertanyakan bagaimana solusi untuk permasalahan pupuk yang masih dirasakan rakyat.

“Cukup menarik ya, ketika kita bicara Petrokimia, holding, dan seluruh anak perusahaan labanya naik, pendapatannya naik, ‘it’s good news’ ya. Berarti perusahaan ini sehat dan tumbuh berkembang,” imbuhnya.

“Tapi tidak menariknya adalah mengapa masih ada, pertama: alokasi di bawah usulan kebutuhan? Urea NPK ZA SP-36 Organik, 3,8 juta ton subsidi, 2,7 juta ton non-subsidi. Apakah kita perlu hitung ulang? Ketika masyarakat masih merasakan kelangkaan pupuk.” tanya  Ibas. 

Kedua, terkait distribusi. “Mohon maaf Pak Dirut dan pimpinan dari holding, distribusi itu juga belum sesuai dengan pendataan. Stoknya ada sekitar 1,3 juta, tapi yang terealisasi 98%, artinya perlu peningkatan produksi atau ada penimbunan? Tolong pengawasannya diperketat, serta menggunakan digital monitoring juga,” tegas Ibas.

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini juga menyambut baik rencana digitalisasi yang dicanangkan oleh Pupuk Indonesia Holding.  “Saya juga senang tadi ada rencana melakukan digitalisasi. Saya tadi baru mau mengusulkan mungkin kita memerlukan Pupuk Hub Digital yang diperbanyak dan diperluas. Sehingga sosialisasinya kepada petani dan pekebun ada dan hadir.” tegasnya. 

Ketiga, menurut Ibas harga pupuk relatif mahal. “Harga relatif mahal. Ya ini hukum pasar, supply dan demand. Katakanlah pupuk urea 50 kg 120 ribu, pupuk non-subsidinya 350 ribu, itu disparitasnya (perbedaannya) terlalu tinggi. Bagaimana kita memberikan edukasi kepada pasar supaya ada titik terang juga di sana?, lebih lagi ada rencana mengurangi jenis pupuk subsidi dari 5 jenis menjadi hanya 2 jenis yaitu NPK & Urea saja yg tersubsidi”.

Baca Juga: Ini Alasan Saraswanti Anugerah (SAMF) Kerek Kapasitas Produksi di Semester II-2022

Ibas juga menyoroti perihal kesiapan bahan baku pupuk. “Ini adalah ‘x-factor’, perang Rusia-Ukraina mengenai P dan K-nya ini. Apakah kita tidak punya semacam ‘deep research’ pemantauan dari negara lain, selain Kanada misalkan? Negara yang punya peluang untuk kerja sama mendatangkan bahan baku, supaya kita tidak terlalu terpengaruh atas dampak yang terjadi ke depan, ya kita bisa memprediksi dan mengantisipasi jangka panjang kan.”

Selain itu, penting pula kita memperhatikan distribusi bahan baku pupuk. “Apakah ada permasalahan terkait distribusi bahan baku, selain yang kita impor. Apakah faktor gasnya kah, listriknya kah, atau batu baranya kalau itu adalah penggerak mesin produksi. Jangan sampai menimbulkan permasalahan baru yang tidak kita inginkan,” sambung Ibas. 

Menurutnya, lebih lanjut kualitas pupuk pun sangatlah penting untuk diperhatikan. “Apakah tidak ada batas atas dan batas bawah? Kita juga ingin memastikan mutu atau kualitasnya ya Pak; termasuk komposisi sesuai daerah. Karena mutu pertanian, perkebunan, dan hasil ekspor dari perkebunan kita salah satu dasarnya adalah dari pupuk. Sehingga ‘Quality, Supply dan Demand’ juga harus terus diperhatikan.”

Baca Juga: Jokowi Pertanyakan Penggunaan Anggaran Ketahanan Pangan Rp 92,3 Triliun

Melanjutkan pandangannya, Ibas berharap adanya evaluasi dan perbaikan terkait stok dan kios pupuk “Nah sisa stoknya mau dikemanakan? Apakah kita habiskan menjadi pupuk bersubsidi? Atau kita jual ke komersil dan kita limpahkan kepada kios-kios yang berlaku di sana. Saya berharap 1000 kios itu lebih bertambah dan tersebar. Idealnya kalau ada satu atau lebih kios perdapil itu juga bisa menjawab permasalahan yang ada,” tambahnya. 

Terakhir Wakil Ketua Banggar DPR RI ini juga mempertanyakan bagaimana pengawasan, monitoring, ‘quick response’, ‘quick wins’, serta saran darinya atas permasalahan pupuk saat ini. 

“Saran saya sebagai quick win dan quick response dari Holding Pupuk Indonesia, tolong Pak disiapkan LO (naradamping) atau pihak yang ikut mengawasi perzona. Sehingga permasalahan ini bisa langsung didengar, terjawab, dan cepat terselesaikan. Kami juga mau ‘contact person’nya sehingga nanti kalau ada permasalahan di dapil kami bisa langsung ditangani dengan secepatnya,” pungkas Ibas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru