Puskepi Minta Publik Lebih Selektif Menyerap Informasi Soal Dampak Polusi Udara

Selasa, 19 September 2023 | 17:09 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Puskepi Minta Publik Lebih Selektif Menyerap Informasi Soal Dampak Polusi Udara

ILUSTRASI. Deretan gedung perkantoran terlihat kelabu akibat polusi udara yang kembali menghiasi langit Jakarta, Kamis (14/9/2023). Puskepi Minta Publik Lebih Selektif Menyerap Informasi Soal Dampak Polusi Udara.


POLUSI UDARA -  JAKARTA. Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, mengingatkan publik untuk selektif dalam menerima informasi mengenai data risiko kerugian finansial dan kesehatan.

Ia meminta masyarakat untuk memastikan kebenaran informasi, khususnya yang berasal dari organisasi yang kredibilitasnya diragukan.

"Saat ini, informasi mengenai risiko kerugian finansial sebesar Rp 14,2 triliun dan ancaman kesehatan yang dapat mengakibatkan kematian pada 1.470 orang karena buruknya kualitas udara tengah marak beredar. Data tersebut, menurut informasi yang saya terima, tidak sepenuhnya benar. Itu hanya berdasarkan asumsi," ujar Sofyano dalam keterangannya.

Baca Juga: Polusi Udara Meningkat, Klaim Kesehatan Diproyeksi Melonjak 

Menurutnya, data tersebut disebarkan oleh lembaga riset yang kredibilitasnya masih dipertanyakan. "Tak hanya masalah kredibilitas, metode dan alat yang digunakan oleh organisasi tersebut dalam mengkaji data pun tampaknya kurang jelas, sehingga menyebabkan keraguan akan validitas datanya," tambahnya.

Mengenai polusi udara di Jakarta, Sofyano, yang juga merupakan ahli di bidang kebijakan energi, menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino. "Asap dari kendaraan terperangkap oleh panas dan susah terurai. Namun, kondisi ini akan membaik dengan turunnya hujan," paparnya.

Ia menambahkan bahwa upaya pemerintah dalam melakukan rekayasa cuaca beberapa hari terakhir telah membuktikan teorinya. "Kualitas udara Jakarta membaik, hal ini terlihat dari langit yang cerah setelah polutan berhasil diurai oleh water mist hasil dari rekayasa cuaca," jelas Sofyano.

Baca Juga: Melarang Kembang Api Jadi Cara New Delhi Kurangi Polusi Udara

Sofyano kembali mengimbau agar masyarakat tidak terlalu cemas terkait angka dan risiko kesehatan yang disebarkan lembaga riset tertentu. "Asumsi tersebut mungkin dibuat lebih besar dari kenyataannya. Bahkan, mungkin mereka sendiri kesulitan untuk membuktikannya," tegasnya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa organisasi yang menyebarkan data tersebut memiliki motif bisnis. "Mereka menjual alat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mereka menggunakan data risiko kesehatan dan kerugian yang bombastis untuk mempengaruhi masyarakat agar membeli produk mereka," kata Sofyano.

Selain itu, ia juga memberikan kritik terhadap sebuah website yang menyajikan output kualitas udara. "Situs web tersebut seolah-olah menggambarkan kualitas udara yang sangat buruk. Mungkin tujuannya adalah agar masyarakat membeli produk mereka guna mendapatkan kualitas udara yang lebih baik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru