JAKARTA. Realisasi investasi asing Sumatera Selatan melejit hingga 118,43% pada triwulan III/2015 atau senilai Rp 10,24 triliun dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 4,69 triliun.
"Melonjaknya realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) ini karena keberadaan OKI Pulp & Paper yang memiliki investasi mencapai Rp 32 triliun," kata Sekretaris Badan Perizinan, Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Sumsel Sofyan Alipanca di Palembang, Selasa (1/12).
OKI Pulp & Paper merupakan salah satu pilar usaha Sinar Mas Grup yang berencana akan memproduksi 2 juta ton pulp per tahun. Perusahaan ini mulai beroperasi 2016.
Perusahaan yang dibangun di kawasan seluas 1.700 hektare di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, ini secara bertahap akan menggelontorkan investasi hingga mencapai Rp 35 triliun.
Keberadaan APP OKI ini diperkirakan akan mendongkrak ekspor Sumsel sebesar 32%, sedangkan PDRB sebesar 11%.
Sofyan mengatakan, OKI Pulp merupakan salah satu dari 104 perusahaan asing yang telah merealisasikan penanaman modalnya di Sumsel.
Sementara dari kegiatan investasi 104 perusahaan itu telah terserap sebanyak 36.577 tenaga kerja.
Namun, capaian dari sektor PMA ini berbanding terbalik dengan PMDN yang hanya mencatat kenaikan realisasi investasi sebesar 6,98% pada kuartal III/2015 (yoy).
Ia mengatakan terdapat 60 perusahaan yang berinvestasi di Sumsel dengan nilai total Rp 2,76 triliun atau naik sedikit dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,58 triliun.
Menurut Sofyan, rendahnya investasi PMDN itu disebabkan beberapa faktor, seperti investor lokal yang hanya bermain di sektor usaha skala kecil.
"Pemerintah berharap Kamar Dagang dan Industri lebih aktif untuk menyambungkan agar sektor usaha dalam negeri ini bisa bergerak, jika sebelumnya kecil menjadi menengah, dan menengah menjadi besar," kata dia.
Berdasarkan data BP3MD, Sumsel telah membukukan realisasi investasi senilai Rp 13 triliun yang bersumber baik dari PMA maupun PMDN pada triwulan III/2015. Sementara target hingga akhir tahun mencapai Rp 19 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News