Reklamasi menambah lahan untuk Jakarta

Selasa, 04 Oktober 2016 | 21:14 WIB   Reporter: Hendra Gunawan
Reklamasi menambah lahan untuk Jakarta


JAKARTA. Pembangunan Kawasan Utara dinilai sebagai solusi bagi Jakarta untuk memenuhi kebutuhan ruang dan lapangan kerja di ibukota yang terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk yang luar biasa.

Dalam salah satu ulasannya, Senior Urban Economist World Bank Taimur Samad mengatakan, Jakarta adalah salah satu megacity kawasan dengan lebih dari 10 juta penduduk pada 2010. Pertumbuhan penduduk di Jakarta selama rentang waktu tahun 2000 hingga 2010 jauh lebih tinggi dibanding kota di Asia Timur lainnya kecuali Tiongkok.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2000 penduduk kota Jakarta berada di kisaran 8 juta jiwa. Selama 10 tahun, hingga tahun 2010 penduduk Jakarta bertambah 7 juta jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 3.7 persen per tahun, penduduk kota jakarta diprediksi akan melonjak dua kali lipat atau 100% selama 20 tahun sejak tahun 2000 menjadi 16 juta jiwa di tahun 2020.

Pakar Teknologi Lingkungan Firdaus Ali menilai pembangunan kawasan pantai utara akan memberikan tambahan lahan yang signifikan. Saat ini luas Jakarta hanya 662 kilometer persegi dengan jumlah populasi mencapai 13,6 juta jiwa.

“Ruang ini sangat sempit untuk sebuah ibukota. Singapura luasnya 762 kilometer persegi, tapi populasinya hanya 4.9 juta jiwa. Porsi penduduk Jakarta dua kali lebih besar dari Singapura,” kata Firdaus belum lama ini.

Kawasan utara menjadi pilihan untuk pengembangan perluasan lahan karena wilayah selatan merupakan daerah resapan air dan tidak mungkin dikembangkan untuk sektor usaha baru.

“Membangun ke selatan sekarang diharamkan. Untuk kawasan barat serta timur tidak mungkin, Bekasi dan Tangerang tidak akan mau beri lahan kepada Jakarta,” ucap Firdaus.

Firdaus menambahkan,  pengembangan kawasan utara Jakarta juga menjadi langkah strategis untuk merestorasi Teluk Jakarta.  Kondisi Teluk Jakarta dinilai sudah sangat buruk karena tercemar  limbah industri dan rumah tangga.

“Restorasi itu butuh biaya, teknologi, dan modal. Jadi integrasi rencana reklamasi dengan restorasi Teluk Jakarta adalah pilihan terbaik. Ini juga akan lebih menguntungkan nelayan,” tutur Firdaus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan

Terbaru