PAMEKASAN. Kepala Dinas Peternakan Pemkab Pamekasan, Jawa Timur Bambang Prayogi menyatakan pengembangan ternak sapi perah di wilayah itu terkendala pakan dan cuaca panas, sehingga jenis sapi tersebut kurang bernilai ekonomis.
"Kalau kemarau, pakan sapi sangat sulit, demikian juga cuaca, juga sangat panas saat kemarau," kata Bambang kepada Antara di Pamekasan, Rabu (16/3).
Ia menjelaskan, cuaca yang cocok untuk sapi perah adalah cuaca dingin, dengan persediaan pakan yang cukup.
"Kalau penghujan tidak ada persoalan. Yang menjadi persoalan saat kemarau. Soalnya, disamping pakan ternak langka, cuacanya sangat panas," katanya.
Ia menjelaskan, Disnak, saat ini memiliki sekitar 10 ekor sapi perah di Desa Somalang, Kecamatan Pakong, Pamekasan.
Sapi itu sengaja dipelihara, sebagai uji coba untuk mengetahui keuntungan secara ekonomi, apabila dipelihara oleh para peternak.
"Ternyata hasilnya juga tidak maksimal," kata Bambang.
Mantan Sekretaris DPRD Pamekasan ini menuturkan, produksi susu sapi perah milik Disnak Pamekasan itu, tidak mampu mencapai produksi standar, yakni 10 liter per hari.
"Kalau normal dengan cuaca dingan dan pakan cukup, per harinya sekitar 10 liter susu. Tapi di Pamekasan hanya dalam kisaran 5 hingga 6 liter saja," katanya.
Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang ada di Pamekasan. Jumlah populasi sapi ini sangat sedikit dibanding jenis sapi lainnya, seperti sapi Madura, dan Madrasin, yakni sapi hasil kawin silang antara Sapi Madura dan Sapi Limosin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News