KUPANG. Pertamina Kupang akan membangun Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPBE) di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mengantisipasi lonjakan harga elpiji.
"Selama ini, akses untuk mendapatkan tabung dan gas elpiji 12 kilogram dari Surabaya, sehingga menyulitkan konsumen untuk mendapatkannya dalam waktu cepat," kata Manager Pemasaran Pertamina Wilayah NTT Hardiyanto Tato kepada Antara di Kupang, Jumat (17/4).
Untuk itu, Pertamina tengah melakukan perencanaan anggaran dan survei lokasi yang layak dan aman. Sehingga ketika usulan untuk membangun stasiun pengisian bahan bakar elpiji disetujui maka dapat langsung dikerjakan.
Mahalnya harga elpiji 12 kilogram di Kota Kupang akibat agen penyalur elpiji harus mengirim tabung gas kosong ke Surabaya dan mengirimnya kembali ke Kupang setelah terisi elpiji.
Dengan demikian, harga di tingkat agen selisih jauh dengan harga yang dipatok Pertamina secara nasional, jarak dan transportasi yang ikut memicu kenaikan harga yang tidak terkendali.
Karena itu, kata dia, menjelang konversi gas di Kupang, Pertamina menyiapkan memang infrastruktur itu, sehingga saatnya tinggal digunakan.
Ia menambahkan, Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, sejak 2012 telah membangun SPBE di Lembar, Kabupaten Lombok Barat, untuk pengisian gas elpiji ke tabung 3 kg, dengan dukungan 10 unit mesin Unit Feeling Mencine (UFM) produk Siraga SA dari Prancis, yang harganya cukup mahal yakni sebesar Rp2,2 miliar per 12 unit mesin.
SPBE itu juga, katanya, telah didukung tangki penimbunan gas elpiji berkapasitas 50.000 kilogram atau 50 Metrik Ton (MT).
SPBE Mataram itu didukung 12 unit mesin pengisian gas ke tabung elpiji, dengan kemampuan pengisian relatif lebih banyak dari SPBE Lembar.
"Ada juga SPBE yang tengah dibangun di Pancor Dao, Kecamatan Batu Kilang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Progres kedua SPBE itu sudah 50 persen, dan diperkirakan dapat di operasikan akhir tahun ini atau awal tahun depan," ujarnya.
Sementara ini kebutuhan gas elpiji di Pulau Lombok mencapai 37 hingga 38 MT per hari atau sekitar 1.110 MT sebulan. Konsumen elpiji bersubsidi saja mencapai 679.071 rumah tangga yang menyebar di lima kabupaten/kota.
Untuk mendukung kelancaran operasional keempat SPBE itu, manajemen PT Pertamina segera membangun terminal elpiji di Pulau Lombok, guna mengoptimalkan pelayanan bahan bakar khusus gas itu.
Demikian pula di kawasan Timur seperti Jayapura pada 2014 lalu telah pembangunan stasiun pengisian gas tersebut karena kini masih mendatangkan bahan-bahan antara lain tabung dari Surabaya, Jawa Timur.
Disana, (Jayapura), katanya belum memiliki tangki pengisian gas menyebabkan harganya cukup tinggi yakni mencapai Rp 220.000/tabung yang berisi 12 kg.
Mahalnya harga elpiji di Jayapura akibat agen penyalur elpiji harus mengirim tabung gas kosong ke Surabaya dan mengirimnya kembali ke Jayapura setelah berisi elpiji karena depot pengisian gas di Sorong, beberapa tahun terakhir ini tidak lagi melayani pengisian gas untuk Jayapura karena jumlah pengguna di kota tersebut terus meningkat sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumen di daerah itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News