JAKARTA. Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih membantah pernyataan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja.
Kosasih menyatakan tidak benar bahwa banyak stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang bangkrut akibat utang dari operator bus transjakarta.
"Kalau berdasarkan laporan asosiasi pengusaha SPBG, tidak ada yang bangkrut karena operator transjakarta berutang. Hanya ada satu yang sementara setop beroperasi, tetapi sudah bertemu kami dan akan diselesaikan dengan operator terkait," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (12/2).
Meskipun demikian, Kosasih mengakui sempat ada keterlambatan pembayaran BBG dari para operator bus transjakarta. Untuk hal tersebut, kata dia, PT Transjakarta akan memediasi pembentukanescrow account (rekening penampung) antara operator dan SPBG sehingga keterlambatan pembayaran bisa diatasi.
"Kami sudah berbicara dengan asosiasi pengusaha SPBG. Untuk pembayaran BBG dari PT Transjakarta sendiri tidak ada masalah," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja, memaparkan sejumlah alasan mengapa hingga saat ini ada 12 SPBG yang tidak beroperasi. Menurut dia, SPBG yang terletak di Ragunan dan Lebak Bulus terkendala izin lingkungan serta izin pemerintah daerah (pemda).
Sementara itu, mayoritas SPBG yang dibangun swasta juga gulung tikar lantaran banyak bus transjakarta yang berutang. "Swasta ini tadinya melayani transjakarta, bangkrut karena transjakartangutang gasnya," sebut Wira, di Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (11/2).
Selain terkendala izin lingkungan dan banyak piutang ke Transjakarta, penyebab terakhir adalah belum adanya kesepakatan antara PT PGN dan PT Pertamina. (Alsadad Rudi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News