JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan bakal mengecek laporan perihal jual beli unit rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pulogebang, Jakarta Timur. Laporan yang diterimanya, unit rusunawa Pulogebang dijual Rp 15-20 juta tiap unitnya.
"Makanya mesti kami cek. Kan sudah saya bilang, di bawah tuh pasti bisa terjadi sesuatu. Kadang-kadang PNS itu kami tangkap, dia alasan 'bukan saya', yang jual tuh siapa? Oknum RW, oknum penghuni," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (20/4).
Menurut Basuki, penghuni di rusun sudah seperti agen properti. Mereka menawarkan harga kepada warga untuk mendapat unit rusun.
Sayangnya, lanjut Basuki, masih banyak warga yang tergiur tawaran tersebut. Padahal, untuk mendapat unit rusun kepemilikan Pemprov DKI, tidak dikenakan biaya sepersenpun. Warga kurang mampu tinggal mendaftar di Dinas Perumahan dan Gedung Pemda dan menyerahkan tanda pengenal, KTP DKI.
Oleh karena itu, penghuni rusunawa wajib memiliki rekening Bank DKI dan membayar secara sistem autodebet tiap bulannya. Selain itu, penghuni rusun juga diberi KTP dengan alamat domisili di rusun tersebut.
Para pejabat yang menghambat penggunaan sistem autodebet ini, kata Basuki, segera dijadikan staf. Menurut Basuki, kasus di Rusunawa Pulogebang sama halnya seperti kasus jual beli unit Rusunawa Muara Baru.
"Kami dapat 40 unit lebih (penghuni liar di Rusun Muara Baru). Jadi strategi kami, silakan saja orang yang mau curang. Niat beli niat jual, kami biarin aja. Nah begitu tengah malam, kami razia kayak di Rusun Muara Baru ada 400 unit, kami baru dapat 40-an unit, sekitar 46 unit (penghuni liar). Jadi biar saja orang mau jual, mau beli, begitu kami razia tengah malam, kami sita unit kamu dan kamu kehilangan Rp 20 juta," kata Basuki.
Strategi yang digunakan Basuki di Rusunawa Muara Baru juga akan diterapkan di Rusunawa Pulogebang. Pasalnya, Basuki merasa kesulitan menemukan banyak oknum di lapangan. Mulai dari warga, penghuni, oknum pejabat di sana, hampir semuanya "bermain" dalam jual beli unit rusun.
"Bayangin yang pakai rusun ini juga main, terus warga yang suruh saya lapor kalau dia lihat orang mencurigakan, enggak berani juga (lawan). Karena orang Jakarta mengerti sekali pepatah, 'buat apa ada musuh, untuk apa dibenci orang'. Nah itu juga masalah gitu," kata Basuki. (Kurnia Sari Aziza)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News