EKSPOR - JAKARTA. Dalam rangkaian rapat koordinasi pimpinan kementerian dan lembaga (Rakorpim), rombongan menteri dan pimpinan lembaga melakukan pelepasan ekspor produk olahan kelapa di Pelabuhan Bintan Industrial Estate. Pada acara tersebut, melepas produk dari pabrik yang berlokasi di BIE untuk diekspor ke Eropa. Pulau Bintan terletak di Provinsi Kepulauan Riau.
Wakil Menteri Jerry Sambuaga yang ikut melepas ekspor mengatakan bahwa potensi pertanian dan perkebunan Bintan untuk ekspor sangat tinggi. Apalagi dikaitkan dengan letak Bintan yang relatif dekat dengan Singapura. Menurutnya faktor lokasi ini harus dimanfaatkan secara optimal.
“Kita tahu bahwa Singapura membutuhkan produk-produk bahan makanan maupun makanan olahan. Bintan punya lahan perkebunan yang cukup luas. Lokasi keduanya sangat dekat, jadi itu harus dimanfaatkan secara optimal. Kedekatan itu bisa meningkatkan daya saing dengan pemasok dari negara lain.” Kata Wamendag dalam keterangannya, Rabu (30/9).
Wamendag melihat potensi yang cukup besar ada di produk pertanian, khususnya buah dan sayur. Untuk itu ia akan mengintensifkan koordinasi dengan Pemkab Bintan dan Kementerian Pertanian agar bisa mendorong produksi dan ekspor produk pertanian yang berkualitas di Bintan.
Baca Juga: Kisah Sukses Petani Kubis Manis, Sukses Jadi Eksportir Beromzet Manis
“Jadi, ada lembaga dan kementerian yang fokus pada produksi untuk menghasilkan produk berkualitas. Nah kementerian perdagangan fokus pada perdagangannya, baik dalam logistik, fasilitasi ekspor dan juga pembukaan pasar. Saya kira itu semua bisa disinergikan dengan baik.” Katanya.
Jerry selanjutnya menguraikan bahwa ia melihat tantangan dalam upaya meningkatkan ekspor buah dan sayur ke Singapura terletak pada banyak aspek. Dalam aspek perdagangan ia melihat ada faktor kesepakatan kontrak, pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi produk, faktor logistik dan faktor transportasi.
Dalam faktor kesepakatan kontrak, ini tidak saja melibatkan pengusaha dan pengusaha tetapi juga antar negara. Untuk itu, ia ingin memastikan bahwa tidak ada hambatan perdagangan dari Singapura dalam produk hortikultura Indonesia. Apalagi, dikaitkan dengan pemberlakuan MEA yang seharusnya membuat arus barang dan jasa makin mudah. Selain itu ia juga menekankan perlunya petani dan pengusaha kita memenuhi kontrak yang biasanya perlu kesepakatan jangka panjang.
Pada faktor kedua yaitu pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi, Kemendag bersama Kementan dan pemkab Bintan diharapkan bisa menjalin sinergi agar produk-produk Indonesia bisa memenuhi standard yang diharapkan.
“Kemendag punya basis data dan juga pendampingan bagi pelaku usaha untuk hal ini. Kita semua di Kemendag siap untuk melakukan pendampingan dan konsultasi kapanpun diharapkan. Nanti bersama dengan Pemkab dan pihak terkait kita terus bantu petani dan pengusaha yang bergerak di bidang itu.
Baca Juga: Buah-buahan Indonesia berprospek cerah di Rusia, sayang ada kendala ini
Wamendag juga mendorong ketersediaan gudang yang representatif. Dudang yang baik adalah salah satu kunci untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk.
Selain itu, dia mendorong perlunya integrasi yang baik antara pusat produksi dengan gudang dan pelabuhan dari sisi transportasi.
“Saya melihat kualitas jalan di Bintan ini cukup baik. Ini akan menunjang dalam segi biaya logistik. Nah, mungkin nanti perlu diupayakan pengangkutan di laut dan proses bongkar muat yang makin murah dan meningkat. Itu nanti pasti pihak terkait akan bekerja menyelesaikannya. Yang jelas dari perspektif kemendag, ini akan menentukan juga daya saing produk kita di pasar luar negeri nanti.” Kata Jerry.
Wamendag mengatakan bahwa pandemi Covid-19 ini juga harus dilihat dengan pandangan yang positif dalam konteks perdagangan luar negeri, khususnya produk hortikultura.
Menurutnya, inilah saatnya semua pihak melakukan evaluasi dan penyesuaian agar di masa mendatang bisa berkinerja dengan lebih baik. Dalam kaitan itu, Jerry yakin ekspor buah dan sayur Indonesia, khususnya dari Bintan akan bisa bersaing jika bisa mengambil kesempatan di masa pandemi ini.
Selanjutnya: Produktivitas yang rendah hingga kurangnya daya saing jadi hambatan ekspor rempah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News