BUDAYA - Permainan tradisional adalah permainan permainan yang lahir dari kebiasaan masyarakat setempat. Di mana dahulu masyarakat masyarakat untuk menghibur diri mereka sendiri mereka membuat permainan sendiri.
Maka dari itu, permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya dan terkesan permainannya selalu menarik sesuai dengan kondisi daerah setempat. Lalu, apa manfaat dari permainan tradisional?
Permainan tradisional memiliki manfaat bagi perkembangan fisik, sosial, emosi, dan untuk mengasah keterampilan. Namun, pesatnya perkembangan teknologi membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan nyaris tidak dikenal.
Lantas, apa saja jenis-jenis permainan tradisional di Indonesia?
Baca Juga: 5 Rekomendasi Wisata Anti Mainstream Ala RedDoorz, Cocok Untuk Liburan Akhir Tahun
Contoh Permainan tradisional di Indonesia
Nah, dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa contoh permainan tradisional di Indonesia:
1. Gasing
Gasing adalah permainan tradisional yang terbuat dari kayu. Dirangkum dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, gasing dimainkan dengan cara melilitkan tali ke leher gasing.
Lalu ayunkan gasing tersebut ke arah tanah atau ke tempat arena dan lepaskan tali dengan cepat. Gasing akan berputar.
Pada permainan ini biasa terdapat aturan bagi gasing yang mampu berputar paling lama maka itulah pemenangnya.
Baca Juga: Ada Penampakan Airdrop Supply PUBG Mobile di Kota Tua Jakarta, Kolaborasi Indomie Loh
2. Egrang
Egrang adalah permainan tradisional yang terbuat dari bambu yang digabungkan dengan potongan bambu kecil sebagai pijakan. Ada juga egrang yang terbuat dari batok kelapa yang diberi tali.
Cara memainkan egrang adalah dengan berdiri di atas pijakan bambu atau batok kelapa dengan menjepitkan sela-sela kaki dengan tali yang telah terpasang. Saat menggunakan mainan ini diperlukan keseimbangan badan agar tidak terjatuh.
Baca Juga: Penjualan Video Game Global Anjlok pada Tahun 2022
3. Dakon
Dakon adalah permainan tradisional Indonesia seperti perahu dengan kepala naga di kedua ujungnya. Dikutip dari buku "Permainan dan Olahraga Tradisional" oleh Achmad Afandi, dkk alat ini terbuat dari kayu dengan panjang 50 cm, lebar 20 cm, dan tebal 10 cm.
Jumlah lubang dakon minimal 12 buah. Permainan ini membutuhkan biji dakon yang terbuat dari sawo kecil atau sawo manila, ataupun kelereng kecil.
Permainan ini membutuhkan dua orang pemain. Cara memainkan dakon yaitu dengan mengisi setiap lubang kecil dengan biji dan dijalankan searah jarum jam secara bergantian.
Baca Juga: Alibaba Luncurkan Prediksi Tren Teknologi Teratas di 2023
Permainan akan berakhir ketika semua lubang kecil kosong, dan semua biji berada di lubang besar. Kemenangan ditentukan dari jumlah biji terbanyak yang berada di lubang besar masing-masing pemain.
4. Otok-otok Kapal
Otok-otok kapal adalah permainan tradisional Indonesia yang kini sulit untuk dijumpai. Otok-otok kapal adalah mainan yang berbentuk kapal mini terbuat dari seng.
Baca Juga: Kemendikbudristek Gandeng Pemprov Jambi Gelar Festival Telusur Tanah Berjejak 2022
Cara memainkan otok-otok kapal yaitu dengan meletakkan kapal di dalam baskom yang telah berisi air. Isi tempat bahan bakar (yang ada sumbunya) menggunakan minyak goreng (baru atau bekas).
Kemudian nyalakan dan taruh di dalam kapal, tunggu beberapa detik maka kapal akan berjalan dengan bunyi thok thok othok.
Manfaat permainan tradisional otok-otok kapal ini yakni untuk melatih keseimbangan, ketangkasan, dan sarana bersosial dengan anak-anak lainnya. Oleh karena itu kita perlu untuk tetap melestarikan mainan tradisional.
Baca Juga: Peringati Hari Anak Nasional, Olala luncurkan Kampanye Anak Indonesia Anak Gembira
5. Ular naga
Ular naga adalah permainan tradisional yang pemainnya membentuk barisan panjang seperti ular. Cara bermain permainan ini dimulai dari 2 orang yang membentuk jalan untuk dilewati barisan ular sambil bernyanyi lagu khas ular naga panjang.
Dirangkum dari laman Gramedia, cara bermain permainan ini yakni 2 orang yang menjaga jalan menangkap 1 orang dari barisan ular yang melewati nya. Lalu, yang terperangkap tersebut memilih akan mengikuti tim A atau tim B.
Setelah habis semua barisan ular, selanjutnya dimulailah perebutan anggota yaitu saling tangkap antar teman yang berbeda tim. Saat memainkan permainan tersebut, pemain menyanyikan lagu “Ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu riang kemari. Umpan yang lezat, itulah yang dicari, ini dianya yang terbelakang”.
Baca Juga: 13 Tempat Wisata di Bandung Terbaru untuk Libur Sekolah dan Akhir Pekan
6. Kucing-kucingan
Kucing-kucingan adalah permainan tradisional masyarakat Jawa yang sudah dikenal sejak lama, sekitar tahun 1913. Permainan kucing-kucingan ini seperti menceritakan kehidupan seekor kucing yang selalu kejar-kejaran dengan musuhnya seekor tikus.
Cara bermain permainan kucing-kucingan yaitu dipilih 2 orang, 1 orang menjadi kucing dan 1 orang menjadi tikus. Setelah ditentukan kucing dan tikusnya, pemain yang lainnya membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, menjadi tikus dari kejaran sang kucing.
Jadi, tikus harus menyelamatkan diri dari kejaran sang kucing. Permainan ini seru dengan adanya aturan para tikus tidak bisa ditangkap jika sedang jongkok.
Jika sedang jongkok dilarang berdiri sendiri kecuali dibantu teman untuk berdiri dengan menempelkan tangan kepada temannya. Jika tikus tertangkap, tikus bergantian menjadi kucing selanjutnya.
Baca Juga: Daya Tarik Destinasi Wisata di West Kowloon Hong Kong
7. Engklek
Permainan engklek adalah permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang datar yang digambar di atas tanah dengan gambar kotak-kotak. Kemudian, melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya.
Permainan engklek ini bisa dimainkan dengan perorangan atau berkelompok. Istilah permainan engklek berasal dari Jawa. Di Riau disebutnya Setatak, di Jambi disebutnya Tejek-tejekan.
Baca Juga: Tarian dan Permainan Tradisional Ago Gilo di Kabupaten Tebo
Sedangkan di daerah Batak Toba disebut nya Marsitekka. Cara bermain engklek dimulai dengan menggambar kotak-kotak pada media tanah yang datar.
Kemudian, setiap pemain bergiliran untuk melompat pada kotak-kotak yang telah dibuat dengan menggunakan satu kaki. Sebelum melompat, pemain yang bergiliran melompat harus melempar batu ke dalam kotak-kotak sesuai urutannya.
Jika terjatuh pada saat melompat, pemain harus meletakkan batu di satu kotak terakhir yang bertanda untuk mengawali giliran pemain.
Baca Juga: Kemendikbudristek Gandeng Pemprov Jambi Gelar Festival Telusur Tanah Berjejak 2022
8. Ketapel
Ketapel adalah permainan tradisional yang multifungsi. Selain untuk bermain lempar-lemparan, ketapel juga bisa digunakan untuk berburu mangga, rambutan dan lainnya.
Pada zaman dahulu, anak-anak menggunakan ketapel untuk berburu binatang seperti burung. Permainan ketapel ini terbuat dari kayu yang berbentuk huruf Y dengan tinggi sekitar 25 cm.
Bagian atas ketapel diikat dengan karet dan ditengah-tengahnya diikat sebuah kulit sebagai tempat batu yang akan dilontarkan. Cara memainkan ketapel yakni setelah ketapel dibuat letakkan batu atau kerikil pada kulit yang sudah dibuat tadi.
Lalu, tarik ketapel dengan kuat dan arahkan pada sasaran lalu lepaskan.
Baca Juga: 6 Manfaat Bermain Game bagi Anak-Anak, Tak Selalu Negatif!
9. Benteng
Benteng adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang sampai 8 orang. Masing-masing kelompok memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya berupa tiang, batu atau pilar yang digunakan sebagai markasnya.
Cara bermain benteng dimulai dengan majunya salah satu pemain dari salah satu benteng untuk menantang para pemain dari benteng lainnya. Pemain dari benteng lainnya akan maju untuk mengejar.
Baca Juga: 13 Tempat Wisata di Bandung Terbaru untuk Libur Panjang dan Akhir Pekan
Jika pemain dari benteng penantang dapat terkejar dan dapat disentuh oleh pemain lawan, maka pemain penantang dinyatakan mati.
Biasanya pemain penantang akan berlari menghindar atau kembali ke bentengnya sendiri, dan teman-teman dari benteng ini akan mengejar pemain dari benteng lawan yang mengejar tadi.
Demikian seterusnya sampai terjadi saling kejar mengejar dari kedua benteng. Sampai salah satu benteng kehabisan pemain karena telah dimatikan dan bentengnya telah dikepung oleh lawannya.
Baca Juga: Beda! Ini Ide Lomba 17-an yang Anti Mainstream dan Seru!
Dalam permainan benteng ini, biasanya masing-masing anggota mempunyai tugas masing-masing. Seperti penyerang, mata-mata, pengganggu, dan penjaga benteng.
Tujuan dari permainan ini yaitu untuk menyerang dan mengambil alih benteng lawan dengan menyentuh tiang benteng lawan dan meneriakkan kata “benteng”.
Permainan memiliki manfaat yang bergam, misalnya dapat melatih gerak badan pemain, melatih kelincahan, melatih stamina, melatih kerjasama antar teman, dan memupuk jiwa sportifitas yang tinggi.
Baca Juga: Tak Selalu Negatif, Inilah 6 Manfaat Bermain Game bagi Anak-anak
10. Bola bekel
Bola bekel adalah permainan tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Permainan bola bekel menggunakan bola karet dan 7 bijih bekel. Permainan bola bekel biasanya dimainkan oleh anak perempuan.
Namun, tidak sedikit juga anak laki-laki bermain bola bekel. Permainan bola bekel dimainkan perorangan, tidak bisa berkelompok. Di Jawa Barat, permainan ini lebih dikenal dengan sebutan Bekel dan Kuwuk.
Cara bermain bola bekel ini dimulai dengan melambungkan bola karet kemudian dengan diikuti dengan menabur biji bekel. Saat bola melambung ke atas, pemain mengambil biji bekel yang terserak sesuai tingkatannya.
Peraturan dalam permainan bola bekel, jika biji tidak terambil, bola tidak tertangkap maka pemain dikatakan gugur dan dilanjut dengan pemain selanjutnya yang sudah menunggu.
Baca Juga: Wisata Kasino di Timur Tengah
11. Petak umpet
Permainan petak umpet merupakan permainan tradisional yang sangat mudah dilakukan. Permainan ini sudah ada sejak lama dan menjadi permainan tradisional di seluruh negara.
Inti permainan ini yaitu menemukan orang yang bersembunyi. Orang yang pertama kali ditemukan saat bersembunyi, dinyatakan gugur dan akan bergantian dengan si pencari.
Baca Juga: Beda! Ini Ide Lomba 17-an yang Anti Mainstream dan Seru!
Permainan petak umpet ini bisa dilakukan minimal 2 orang dan lebih seru jika dimainkan dengan banyak pemain. Sebelum petak umpet dimulai, biasanya pemain melakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang akan menutup mata untuk mencari teman-teman yang akan bersembunyi.
Permainan petak ini bermanfaat untuk melatih dalam hal sosialisasi dengan teman, aktif, melatih sportifitas pada mereka yang menang atau kalah, berdiskusi, dan tak lepas dari perasaan senang.
Baca Juga: Lirik Lagu 17 Agustus Hari Merdeka: Makna, Pencipta, dan Sejarahnya
12. Gundu/Kelereng
Permainan Gundu atau kelereng merupakan permainan tradisional yang biasa dimainkan anak laki-laki. Banyak dari anak laki-laki tersebut yang mengoleksi kelereng hingga 1 kaleng biskuit dengan berbagai macam motif dan ukuran.
Permainan kelereng atau gundu di tiap daerah memiliki nama yang berbeda-beda. Di Jawa menyebutnya dengan Neker, di Sunda disebutnya dengan Kaleci, di Palembang disebutnya dengan Ekar, dan di Banjar disebutnya dengan Kleker.
Baca Juga: 6 Manfaat Bermain Game bagi Anak-Anak, Tak Selalu Negatif!
Cara bermain kelereng, biasanya dengan menggambar lingkaran dan menaruh kelereng yang akan dilombakan. Setelah itu, secara bergantian pemain akan menyentilkan kelereng mereka ke kelereng lawan yang ada di dalam lingkaran.
Jika setelah menyentil kelereng dan mengenai kelereng yang ada di dalam sampai keluar lingkaran, kelereng tersebut akan menjadi miliknya. Bermain kelereng atau gundu ini juga memiliki banyak manfaatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News