5 fakta kabut asap ekstrem yang melanda Palembang: 500 sekolah diliburkan

Selasa, 15 Oktober 2019 | 06:06 WIB   Reporter: kompas.com
5 fakta kabut asap ekstrem yang melanda Palembang: 500 sekolah diliburkan


KABUT ASAP - PALEMBANG. Pada Senin (14/10/2019) merupakan bencana kabut asap terekstrem yang pernah melanda Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Tercatat memasuki waktu subuh hingga menjelang siang, seluruh sudut kota di Palembang tertutup kabut asap. Bahkan jembatan Ampera pun 'menghilang'lantaran jarak pandang yang berkurang.

Sebelumnya, lebih dari satu bulan lamanya kota Palembang telah diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Selatan. Kondisi kabut asap biasanya mulai dirasakan pada malam hingga pagi hari.

Menjelang siang sampai sore, biasanya kabut asap akan mulai menipis. Namun, pada Senin (14/10/2019) kabut asap ternyata menjadi makin parah. Berikut sejumlah fakta bencana kabut asap ekstrem di Palembang:

1. Kabut asap terekstrem

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Meteorologi SMB II menyebutkan, kabut asap yang menyelimuti kota Palembang merupakan terekstrem sepanjang kemarau.

Penyebabnya,angin permukaan umumnya dari arah Timur-Tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37Km/perjam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat kebakaran hutan dan lahan ke wilayah kota Palembang.

Baca Juga: Ini tips pakai lampu LED agar tetap awas saat melalui jalan berkabut

Selain itu, sumber dari LAPAN mencatat, beberapa titik panas di wilayah sebelah tenggara kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen. Titik panas itu berkontribusi pada masuknya asap ke wilayah kota Palembang adalah Banyuasin, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji.

Total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80% untuk wilayah Sumsel, sebanyak 260 titik. Titik panas terbanyak berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan jumlah 139 titik panas dan Kabupaten Banyuasin sebanyak 67 titik panas.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang Beny Setiaji mengatakan, kKondisi ini menjadikan kondisi terekstrem selama berlangsungnya Karhutla.

"Yakni dengan indikasi kuantitas dan jarak pandang yang terjadi. Intensitas Asap (Smoke) umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00) dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut," kata dia.

2. Hindari ISPA, 500 sekolah diliburkan

Kondisi kualitas udara yang buruk membuat Pemerintah Kota Palembang mengambil langkah untuk meliburkan seluruh sekolah. Sebanyak 500 sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) diliburkan selama tiga hari ke depan.

Baca Juga: Kualitas udara di Sumatera Selatan memburuk, sekolah diliburkan

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi para anak didik terpapar kabut asap dan mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan kota Palembang Herman Wijaya mengatakan, informasi yang mereka terima dari BMKG dan Dinas Lingkungan hidup, kondisi udara di Palembang telah memasuki kategori tidak sehat.

Atas kondisi tersebut, mereka mengeluarkan surat edaran untuk meliburkan seluruh anak didik dan belajar di rumah sampai kondisi udara kembali membaik. "Seluruh murid dari 500 sekolah tersebut diliburkan sampai pada Rabu (16/10/2019).

Jika kondisi semakin parah, maka libur akan diperpanjang," kata Herman.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru