Ada 27 Kasus Positif Monkeypox di DKI Jakarta, Seluruhnya Bergejala Ringan

Minggu, 05 November 2023 | 17:33 WIB   Reporter: Ratih Waseso
Ada 27 Kasus Positif Monkeypox di DKI Jakarta, Seluruhnya Bergejala Ringan

ILUSTRASI. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat ada 27 kasus aktif monkeypox (Mpox) atau cacar monyet di Jakarta.


PENYAKIT MENULAR - JAKARTA. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat ada 27 kasus aktif monkeypox (Mpox) atau cacar monyet di Jakarta. Adapun jumlah tersebut sudah berkurang satu kasus pasien sembuh. 

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, update kasus MPox yang berada di DKI Jakarta per 4 November 2023 jam 19.00 WIB ialah 28 orang, dimana satu kasus dinyatakan sudah sembuh. 

"Kasus positif Aktif 27 orang, positivity rate PCR 29%, semua bergejala ringan," kata Ngabila saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/11).

Ia menjelaskan, semua pasien yang terkonfirmasi tersebut tertular dari kontak seksual. Adapun semua pasien merupakan laki-laki usia 25-50 tahun.

Baca Juga: Gejala Cacar Monyet: Masa Inkubasi Berlangsung 5 sampai 13 hari

"Semua gejala ringan dan diisolasi di RS agar tidak menularkan. Ini sembuh bisa 2-4 minggu rata-rata 3 minggu," jelas Ngabila yang juga Staf teknis komunikasi transformasi kesehatan kemenkes RI. 

Dari kasus yang aktif yang terdeteksi, semua saat ini sedang dilakukan isolasi di Rumah Sakit (RS). Ia merinci saat ini vaksinasi pencegahan Mpox sudah sudah dilakukan kepada 495 orang atau 100% dari target.

Adapun, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dalam pencegahan penyebaran Mpox ialah detect, prevent, respond untuk cegah wabah meluas. Detect yakni dengan melakukan deteksi dini agar pasien bisa segera untuk diobati. 

Kemenkes, kata Ngabila untuk penemuan kasus aktif Kemenkes sudah mengeluarkan SE peningkatan kewaspadaan cacar monyet dan pedoman monkeypox. Penemuan kasus aktif tidak hanya pada kontak erat kasus tapi juga suspek yang bergejala yang datang ke fasilitas kesehatan segera diperiksakan PCR jika memenuhi kriteria suspek/terduga. 

"Yang positif PCR segera dilakukan pemeriksaan lanjutan whole genome sequencing atas instruksi Bapak Menteri Kesehatan. Tingkat kematian/case fatality rate (CFR) sekitar 1%. Dari 100 kasus positif bisa 1 meninggal mayoritas karena infeksi sekunder dan kondisi imunitas rendah pada kelompok berisiko seperti LSL, ibu hamil, ibu menyusui, anak, lansia," jelasnya. 

Kemudian langkah prevent diantaranya dengan vaksinasi yang mulai dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta. Vaksinasi diberikan 1 orang 2 dosis, selang 4 minggu. 

Sosialisasi dan edukasi masif dilakukan untuk mencegah adanya penyebaran. Dimana pola hidup bersih dan sehat pakai masker, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun harus dilakukan masyarakat. Selain itu, masyarakat perlu menghindari kontak kulit dan luka.

"Selanjutnya, berhubungan seksual yang aman, sehat, bersih. Hindari hubungan seksual jika sedang sakit atau bergejala. Setiap kontak erat dipantau gejalanya setiap hari oleh Puskesmas kecamatan, jika bergejala dilakukan pemeriksaan lab," kata Ngabila. 

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menjelaskan, untuk mencegah penyebaran perlu dilakukan dengan deteksi dini, tracing hingga tiga lapis dari kasus kontak. Kemudian vaksinasi, dan tentunya isolasi bagi yang sudah terkonfirmasi dan karantina bagi mereka yang kontak erat.

"Kunci yang diperhatikan, Mpox ini harus di isolasi/karantina sampai pasien kelainan kulit kembali pulih. Ini ada yang 20 hari ada yang 40 hari," kata Dicky.

Dicky mengatakan, untuk isolasi pasien Mpox baiknya dilakukan terpusat. Hal tersebut lantaran adanya variasi gejala yang perlu dilakukan pengamatan oleh tenaga kesehatan. 

Baca Juga: Kemenkes Beberkan 6 Cara Mencegah Cacar Monyet, Selalu Waspada!

Selain itu, vaksinasi juga harus dilakukan setidaknya sekitar 20% dari kelompok rawan.  Tak lupa tenaga kesehatan juga perlu dilakukan vaksinasi terlebih bagi yang bertugas dalam pelayanan pasien Mpox. 

Dengan adanya transmisi lokal yang kini terjadi, Dicky menyebut keterlibatan stakeholder baik LSM dan NGO untuk mengedukasi mencegah penyebaran Mpox. 

"Kita jangan anggap remeh wabah Mpox ini, karena meskipun sebaran di kelompok MSM, namun ingat pada kondisi endeminya di Afrika semua orang terbukti bisa terinfeksi selama dia ada kontak atau barang yg terkontaminasi barang dari pasien," jelasnya. 

Meski Mpox bisa sembuh dan bergejala ringan namun, Dicky menegaskan perlu juga antisipasi jika terjadi penularan kepada anak dan kelompok rawan yang bisa berdampak pada jangka panjang.

"Kalau secara umum gangguan menetap lama ya parut pada kulit misal jadi minder. Makanya pemerintah harus deteksi pada kelompok rawan dan literasi strategi komunikasi risiko. Vaksin juga pada kelompok kontak erat dan masuk dalam kelompok risiko tinggi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru