Anak jadi Bupati, Margaretha dan sang suami tetap jualan sayur di pasar

Senin, 04 November 2019 | 20:26 WIB   Reporter: kompas.com
Anak jadi Bupati, Margaretha dan sang suami tetap jualan sayur di pasar

ILUSTRASI. Margaretha Hati Manhitu (Ibu kandung Bupati Timor Tengah Utara) sedang jualan jagung dan sayur di Pasar(KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE)


TOKOH - Margaretha Hati Manhitu tetap memilih menjadi petani dan berjualan sayuran di pasar. Padahal, anak sulungnya, Raymundus Sau Fernandes, menjadi bupati di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) selama dua periode.

Margaretha Hati Manhitu dan suaminya, Yakobus Manue Fernandez, tinggal di rumah yang sederhana di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU. Saat Kompas.com temui, dia masih rutin menjual asam dan sayur.

Perempuan 78 tahun ini dan suaminya juga mengolah sendiri asam yang mereka petik dan pungut dari pohon yang ada di dekat rumahnya. Asam kering tersebut kemudian mereka kumpulkan dan kupas sebelum dijual kepada pelanggan.

Margaretha yang tinggal bersama seorang anak perempuan dan menantunya juga menjual sayur-sayuran di pasar dan mengelola sawah milik mereka. Ia dan suaminya menolak bantuan dan semua fasilitas yang putra berikan.

Mereka tetap bekerja seperti biasa untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. "Kami tidak mau membebani anak kami karena dia itu kerja untuk masyarakat banyak. Saya kerja dengan suami saya untuk makan sehari-hari," kata Margaretha.

Walau telah sukses, Margaretha tak lupa selalu menasihati putranya untuk bekerja dengan baik untuk rakyat. "Saya selalu pesan buat anak saya untuk kerja yang baik untuk rakyat dan jaga nama baik keluarga," ucapnya.

Uang hasil jualan di pasar bahkan diberikan untuk para cucunya, termasuk anak-anak Raymundus, untuk membeli buku sekolah.

Bangga kepada sang ibu

Raymundus mengatakan, sang ibu adalah sosok pekerja keras dan bertanggungjawab dengan pekerjaan.

"Mama dalam usia yang sudah 78 tahun masih tetap kerja kebun dan sawah bersama bapak. Tentu hal yang sangat berharga buat saya. Mereka selalu mengatakan kepada saya, bahwa nikmatilah keringatmu sendiri lebih berharga dan tidak boleh ambil hak orang lain," kata dia.

Raymundus mengaku sempat melarang orangtuanya bekerja. Namun, mereka tetap memilih menjadi petani dan berjualan di pasar.

"Saya sudah larang, tapi mama tetap tidak mau, karena mama bilang, kita sudah tanam di kebun, jadi hasilnya harus dijual," ujar Raymundus.

Raymundus bercerita, ibunya paling lama dua hari berkunjung di rumahnya. Menurut dia, sang ibu ingin pulang untuk bekerja menanam sayur dan mencari asam serta mengurus sawah.

"Kerja keras, kerja tanggungjawab sampai tuntas, dan ini pelajaran yang sangat berharga buat diri saya sampai saat ini, saya pegang teguh dalam hidup," ucapnya.

Yakobus dan Margaretha pun diundang ke Jakarta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka mendapatkan penghargaan karena dianggap telah berhasil mengasuh putra sulung mereka Raymundus hingga menjadi bupati.

Yakobus dan Margaretha juga dianggap menjadi inspirasi bagi orangtua lain dalam mengasuh anak. Pasangan suami istri itu akan menerima penghargaan dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga pada 6-7 November 2019 di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.

Raymundus bakal mengantar kedua orangtunya ke Jakarta. "Saya hanya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing sehingga membuat semua seperti ini," ujar Raymundus.

Penulis: Sigiranus Marutho Bere

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Jadi Bupati, Suami Istri di NTT Tolak Fasilitas Mewah dan Tetap Berjualan Sayur di Pasar"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru