Bagaimana kebijakan Anies terkait penggusuran?

Selasa, 18 Oktober 2016 | 10:38 WIB Sumber: Kompas.com
Bagaimana kebijakan Anies terkait penggusuran?


JAKARTA. Bakal calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tercatat sudah beberapa kali mengunjungi kampung di Jakarta yang terancam penggusuran. Beberapa kampung tersebut seperti Kampung Guji Baru, Kampung Warung Doyong dan Kampung Muara Baru.

Saat kunjungan ketiga kampung itu, Anies memiliki pandangan sendiri untuk merespon soal keluhan penggusuran dari sejumlah warga. Misalnya, dalam kunjungan Anies ke Kampung Guji Baru, Jakarta Barat pada Jumat (7/10) lalu.

Kedatangan Anies langsung disambut dengan ajuan kontrak politik dari warga. Tampak sejumlah kursi dan meja disediakan untuk menyambut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Dalam kontrak politik tersebut, warga meminta agar Anies membantu warga Kampung Guji Baru dalam proses kepemilikan tanah.

Warga merasa memiliki tanah di kampung tersebut karena merasa telah cukup lama tinggal di daerah tersebut. Anies sendiri lebih merespon soal kontrak politik. Ia menilai kontrak politik diperlukan untuk memperlihatkan bahwa dirinya benar-benar memperlihatkan komitmennya untuk menyejahterakan warga Ibu Kota.

"Sebaiknya memang kontrak politik harus dibuat secara tertulis, ada buktinya, difoto, tandatangannya juga ada. Dengan seperti ini, terlihat bahwa ada komitmen untuk menunaikan (janji)," ujar Anies di Kampung Guji Baru, Jakarta Barat.

Anies baru bicara lebih detail soal penggusuran saat kunjungan ke Kampung Magesen, Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (9/10). Menurut Anies ada pendekatan baru yang sudah dilakukan di dunia untuk menata kampung-kampung yang dihuni masyarakat dengan ekonomi rendah.

Pendekatan itu tidak hanya sekadar memindahkan warga ke tempat lain. Kehidupan lebih baik berupa kemudahan mengakses pendidikan, kesehatan dan lainnya. Selain itu juga harus ada pola interaksi antara warga.

"Saya tidak mengatakan bahwa nol, enggak akan ada penggusuran, enggak. Memang ada yang harus pindah karena kepentingan umum yang harus dinomorsatukan," katanya lagi.

Saat mengunjungi Kampung Warung Doyong di Jakarta Timur, Minggu (16/10), Anies juga 'ditodong' soal pendapatnya terkait penggusuran. Warga meminta komitmen Anies soal penggusuran lantaran kampung di bantaran Kali Buaran itu terancam digusur.

"Pak, kami mau digusur Pak, pinggiran kali situ. Kalau enggak digusur, saya milih Bapak," kata seorang ibu kepada Anies Kampung Warung Doyong.

Anies mengatakan bahwa dirinya akan melihat persoalan satu persatu. Ia bukan mengatakan akan menggusur atau tidak. Menurut Anie, dari diskusi dengan warga, mereka menginginkan ada dialog, bukan keputusan tanpa mereka tidak diajak bicara.

"Solusi pada akses penghidupan, kashatan. Semua mereka berpandangan, kalau cuma melaksanakan, mereka keberatan. Tapi kalau diajak bicara mereka bersedia (direlokasi)," kata Anies.

Setelah kunjungan ke Kampung Warung Doyong, esok harinya, Senin (17/10), Anies mengunjungi Kampung Muara Baru, Jakarta Utara. Kampung Muara Baru sendiri terancam digusur oleh Pemprov DKI Jakarta.

Ketua RW 017 Kampung Muara Baru, Gustara Muhammad, meminta Anies mengakomodir usulan agar merelokasi dengan layak bila kawasan Kampung Muara Baru ditertibkan. Kelayakan itu berupa pemberian unit rumah susun sederhana milik (rusunami) kepada warga relokasi. 

Rusunami itu pun harus bertempat di lokasi tak jauh dari gusuran. Ia berharap Anies bisa mendengar aspirasi dari warga Muara Baru. Masyarakat, katanya, siap membantu Anies memenangkan Pilkada DKI Jakarta apabila juga membantu warga.

"Apabila bapak tidak siap bantu warga, selamat tinggal saja. Ini bahasa masyarakat," kata Ragusta.

Menanggapi hal itu, Anies menegaskan dirinya tak akan mengambil keputusan sendiri. Ia akan mengedepankan dialog dengan warga. Dari dialog itu, ia akan mendengarkan solusi terbaik menurut warga.

"Seringkali warga kita ini dianggap hitungan. Padahal manusia juga kan, kita ini sepersaudaraan dan sebangsa," tambah Anies.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini mengungkapkan ingin kota Jakarta maju dan warganya bahagia. Bila hanya maju, namun masyarakat tak bahagia, maka tak akan ada artinya.

"Harus ada rasa adil. Kalau merasa adil, nyaman kita. Setelah itu ada kesejahteraan. Kemudian kita ingin kembalikan supaya kota ini tempat kita berkarya dan memiliki adab," tegas Anies. (Kahfi Dirga Cahya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru