Peristiwa

Banyuwangi Rilis Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama di Indonesia

Rabu, 25 Juni 2025 | 22:37 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
Banyuwangi Rilis Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama di Indonesia

ILUSTRASI. Banyuwangi Luncurkan Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama di Indonesia.


AGRIBISNIS - JAKARTA. Kabupaten Banyuwangi, meluncurkan ekosistem beras biofortifikasi berskala industri pertama di Indonesia. Inisiatif ini dibentuk melalui kemitraan strategis pentahelix antara Pandawa Agri Indonesia, Danone-AQUA, IPB University, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Perum Bulog, dan Bank Indonesia.

Peluncuran program ini berlangsung dalam momen Panen Raya pada 25 Juni 2025, yang dihadiri oleh para petani, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, kalangan akademisi, serta mitra lainnya. Dalam kesempatan yang sama, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi, sebuah langkah strategis yang menegaskan komitmen bersama untuk memperbaiki gizi masyarakat sekaligus menjaga stabilitas harga pangan.

Program ini secara langsung mendukung tujuan nasional dalam ketahanan gizi, transformasi sistem pangan, dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Fokus pada pengembangan beras biofortifikasi menjadi bagian penting dalam strategi nasional untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

“Beras biofortifikasi merupakan solusi strategis untuk mengatasi ‘Hidden Hunger’ dalam skala besar. Kita tidak lagi hanya menangani kekurangan gizi, tetapi mulai mencegahnya langsung dari sumber pangan utama,” ujar Guru Besar Ilmu Gizi dan Pangan IPB University dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6), Evy Damayanthi.

Baca Juga: Kadin Indonesia Perkuat Layanan Bisnis Regional,Tingkatkan Daya Saing Indonesia Timur

Nurjaeni, Direktur Sistem Gizi Nasional di Badan Gizi Nasional (BGN), menekankan relevansi inisiatif ini dengan rencana jangka panjang peningkatan status gizi masyarakat.

“Beras biofortifikasi menawarkan pendekatan berbasis pangan untuk mengurangi kekurangan zat gizi mikro, serta sejalan dengan Program Makan Bergizi Gratis dan target nasional penurunan stunting. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana inovasi di hulu dapat mendukung hilirisasi,” kata dia.

Inti dari inisiatif ini adalah budidaya varietas padi biofortifikasi yang diperkaya dengan zat besi (Fe) dan zinc (Zn)—dua mikronutrien penting untuk tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu. Pada tahap awal, ekosistem ini diuji di lahan seluas 5 hektar menggunakan varietas Nutrizinc, yang memiliki kandungan zat besi dan zinc 25–50% lebih tinggi dibandingkan padi biasa.

Meski Nutrizinc telah menunjukkan hasil gizi yang tinggi, di tahap selanjutnya ekosistem ini memperkenalkan varietas benih yang telah disempurnakan seperti IPB 9G dan IPB 15S, sekaligus menjajaki varietas padi biofortifikasi lainnya dengan kandungan gizi tinggi. Varietas-varietas ini menggabungkan kandungan mikronutrien yang tinggi dengan hasil panen yang lebih baik, sehingga lebih cocok untuk diperluas adopsinya di lapangan.

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan produktif, inisiatif ini mengintegrasikan Teknologi PPAI® dari Pandawa Agri Indonesia, perusahaan inovasi pertanian yang berbasis di Banyuwangi. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan tanah, serta telah terbukti efektif mendorong praktik budidaya yang lebih ramah lingkungan dan berdaya saing secara ekonomi.

Selain itu, budidaya ini juga menerapkan metode irigasi Alternate Wetting and Drying (AWD) yang dapat mengurangi penggunaan air secara signifikan dan berdampak minimal terhadap lingkungan. Kombinasi antara Teknologi PPAI® dan AWD secara keseluruhan mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dalam budidaya padi.

Baca Juga: Regional Jawa Pertamina Produksi Minyak 54.200 Barel Sepanjang 2024

Riset IPB University menunjukkan bahwa penerapan Teknologi PPAI® dapat menurunkan emisi metana hingga 24%. Sementara itu, kombinasi antara AWD dan Teknologi PPAI® membuat budidaya padi 213% lebih efisien dalam penggunaan air dibandingkan metode konvensional. Temuan ini menjadi kontribusi nyata terhadap pencapaian target iklim di sektor pertanian Indonesia.

“Riset ini menunjukkan bahwa dengan teknologi dan praktik yang tepat, padi yang selama ini dikenal sebagai tanaman boros air dapat dibudidayakan dengan cara yang hemat air, rendah emisi, dan tetap produktif,” ujar Kukuh Roxa, CEO Pandawa Agri Indonesia.

Sekretaris Institut IPB University, Agus Purwito, menambahkan, “Inisiatif ini menunjukkan bagaimana inovasi dari dunia akademisi, mulai dari pengembangan benih hingga pengukuran emisi bisa langsung diterapkan untuk memperbaiki sistem pertanian di lapangan."

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru