BNPB: Kabut asap di Riau sudah sangat bahaya

Minggu, 15 September 2019 | 08:45 WIB Sumber: Kompas.com
BNPB: Kabut asap di Riau sudah sangat bahaya

ILUSTRASI. WARGA TERKENA DAMPAK ASAP KARHUTLA


KABUT ASAP - JAKARTA. Tagar #IndonesiaDaruratAsap trending di media sosial Twitter. Hingga Minggu (15/9) pagi, tagar tersebut terpantau telah dibicarakan lebih dari 57.000 kali.

Saat dikonfirmasi terkait kondisi kabut asap di Provinsi Riau, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan kondisi karhutla terutama di Riau sudah parah. Pasalnya selain terjadi di hampir sebagian wilayah, juga ada kiriman kabut asap dari Sumatra Selatan.

"Kalau titik api (Riau) tidak terlalu banyak, tapi gede-gede. Soal kabut asap, ini sudah sangat bahaya. Asap itu kan berbahaya," kata Agus Wibowo kepada Kompas.com, Sabtu (14/9) malam.

Baca Juga: Kemarau di Riau berlangsung hingga Oktober 2019, kabut asap masih pekat

Agus menambahkan, kualitas udara yang buruk dengan pekatnya kabut asap, imbuhnya mempunyai dampak yang cukup banyak, terutama bagi anak-anak. Karena itu, sudah ada edaran dari Dinas Kesehatan untuk meliburkan sekolah guna menghindari adanya aktivitas di luar rumah agar terhindar atau menghirup  asap yang berbahaya tersebut.

"Kemarin kualitas udaranya sampai 360 lebih, itu kan membahayakan," papar dia. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau saat ini, sambungnya, hampir mirip dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2013-2014.

"Riau 2013-2014 mirip, sampai susah bernapas. Berat sekali, dari sisi kesehatan sangat berbahaya, menimbulkan dampak berbahaya," imbuh dia. Lebih lanjut, Agus mengatakan karhutla di Riau hampir menyeluruh. 

Baca Juga: Peringatan dini BMKG: Waspada gelombang tinggi dan kebakaran hutan, Minggu (15/9)

Untuk diketahui, kualitas udara di Riau dikabarkan sangat tidak sehat sejak beberapa hari terakhir. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Jumat (13/9) kualitas udara di Pekanbaru, Riau hingga pukul 13.00 WIB tercatat lebih buruk daripada Jakarta.

Kualitas udara di Pekanbaru, Riau tercatat sangat tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara sebesar 264. Padahal AQI Jakarta hanya 163.

Walaupun kualitas udara di Jakarta tercatat lebih rendah dari Pekanbaru, indikatornya tetap dinyatakan tidak sehat. Sementara, Rekapitulasi Data P3E Sumatra KLHK dan Dinas LHK Provinsi Riau mencatat indeks standar pencemar udara (ISPU) tertinggi di wilayah Pekanbaru 269, Dumai 170, Rohan Hilir 141, Siak 125, Bengkalis 121, dan Kampar 113 pada Kamis (14/9) pada pukul 07.00-15.00 WIB.

Angka tersebut adalah indikasi dimana udara tidak sehat karena berada dalam rentang 101-199. Minggu (15/9) pagi, Kompas.com memantau kualitas udara di beberapa tempat di wilayah Riau.

Hasilnya, beberapa tempat di Riau yakni di Siak memiliki catatan angka 202 berdasarkan AQI atau indeks kualitas udara dengan status sangat tidak sehat. Sementara beberapa tempat di Dumai, Batam, Pekanbaru dan Rumbai memiliki status tidak sehat dengan indeks AQI masing-masing 173, 160, 158, dan 193.

Baca Juga: Dampak kabut asap, 300 sekolah di Negara Bagian Johor ditutup sementara

Saat ini, upaya penanganan kebakaran hutan terus dilakukan. BNPB terus mengerahkan personel untuk penanganan di beberapa provinsi.

Tujuh helikopter dikerahkan untuk pengeboman air dan patroli di wilayah Riau. Terhitung sejak 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober lalu lebih dari 124 juta liter air digelontorkan untuk pengeboman.

Sementara, lebih dari 159 garam digunakan untuk operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca. Berdasarkan data BNPB, luas lahan terbakar akibat karhutla di wilayah Riau seluas 49.266 hektar dengan luasan lahan gambut 40.553 hektar dan mineral 8.713 hektar. (Nur Rohmi Aida)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Soal Kabut Asap di Riau, BNPB: Ini Sudah Sangat Bahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru