COVID-19 - JAKARTA. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta kepada pemerintah pusat agar tak lagi ada libur panjang ke depan sampai pandemi dapat dikendalikan. Hal tersebut berkaca dari melonjaknya kasus terkonfirmasi Covid-19 pasca libur lebaran kemarin.
"Tantangan kuncinya ada di mental juga, kita sudah melaksanakan semua jurus, semua sudah kita lakukan. Makanya satu permintaan saya ke pemerintah pusat jangan kasih libur panjang lagi please kami di daerah sudah kewalahan," kata Ridwan saat B-Talk yang disiarkan Kompas TV, Selasa (22/6).
Lantaran adanya libur panjang Ridwan menilai PPKM mikro yang selama ini sudah baik dilaksanakan menjadi kurang maksimal dengan adanya mobilisasi penduduk selama libur. "Jembatan bagus yang namanya PPKM mikro ditibani bom oleh bom yang namanya libur panjang. Idul Adha bahkan Natal pun saya sarankan tidak ada libur panjang sampai betul-betul semua divaksinasi selesai dan dideklarasikan keterkendalian [pandemi] baru libur panjang itu boleh," imbuhnya.
Baca Juga: UPDATE corona di Jawa Barat Selasa (22/6) positif 3.432 sembuh 994 meninggal 69
Tahun 2021 ini Ridwan menceritakan beban yang dipikul dibanding tahun lalu terbilang bertambah. Dimana tahun lalu hanya ada satu beban yaitu penanganan pandemi. Tahun ini beban yang dipikul daerah bertambah dua yaitu menyukseskan vaksinasi dan juga pemulihan ekonomi.
Adapun untuk mengatasi adanya lonjakan kasus di Jawa Barat, Ridwan menerangkan, langkah pertama yang dilakukan oleh Jawa Barat adalah menambah jumlah tempat tidur untuk Covid-19.
"Yang tadinya hanya 20% dari total 54.000 tempat tidur untuk pasien saat kita tambahkan 30% - 40% dan kami persiapkan penambahan itu sampai 60%," kata Ridwan.
Skenario selanjutnya ialah jika tambahan tempat tidur pada akhirnya penuh maka disiapkan tempat isolasi di hotel, apartemen termasuk juga tenda-tenda TNI untuk menambah tempat tidur isolasi.
Baca Juga: Bukan hanya varian baru, ini penyebab kasus positif Covid-19 di Indonesia melonjak
Dari survei yang dilakukan pihaknya diperoleh hasil banyak orang dengan gejala ringan dan sedang ingin dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, minggu ini pihaknya sedang melakukan proses intensifikasi agar pasien dengan gejala sedang dan ringan dapat dirawat di ruang-ruang isolasi yang disediakan di desa-desa.
"Dananya sudah disediakan sekitar 8% dari dana desa itu harus dibelanjakan untuk ruang isolasi di desa-desa dengan begitu fenomena sekarang semua ingin ke rumah sakit bisa kita tahan jadi kita ingin Rumah Sakit hanya untuk gejala berat dan sangat berat mudah-mudahan pola ini minggu ini menghasilkan keterkendalian," jelasnya.
Selanjutnya: UPDATE corona di Jakarta Selasa (22/6) positif 3.221, sembuh 3.082 meninggal 59
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News