Peristiwa

Diprotes Amran Tak Maksimal Serap Gabah, Bulog Copot Pimpinan Wilayah Kalsel

Sabtu, 22 Maret 2025 | 08:15 WIB   Reporter: Lailatul Anisah
Diprotes Amran Tak Maksimal Serap Gabah, Bulog Copot Pimpinan Wilayah Kalsel

Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq usai Panen Raya di Klaten, Taufiq, memastikan bahwa Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kalimantan Selatan (Kalsel) telah dicopot dari jabatannya.


BULOG - KLATEN.  Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq, memastikan bahwa Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kalimantan Selatan (Kalsel) telah dicopot dari jabatannya.

Keputusan ini diambil karena yang bersangkutan dinilai tidak maksimal dalam melakukan penyerapan gabah saat panen raya.

Pencopotan ini merupakan tindak lanjut dari laporan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja Bulog Kalsel. P

Baca Juga: Hingga Maret 2025, Serapan Gabah dan Beras Bulog Tembus 400.000 Ton

Pimwil Bulog Kalsel dianggap tidak proaktif dalam menyerap gabah petani, sehingga banyak petani menunggu kepastian harga di sawah, sementara Bulog hanya menunggu di gudang tanpa inisiatif jemput bola.

“Sudah kita ganti,” ujar Marga Taufiq saat ditemui seusai Panen Raya Gabah di Klaten, Kamis (21/3).

Ia menjelaskan bahwa posisi Pimwil Bulog Kalsel kini telah digantikan oleh pejabat dari Bulog Kantor Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo). Pergantian ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penyegaran perusahaan agar penyerapan gabah pada musim panen raya dapat lebih optimal.

Pergantian pimpinan ini dilakukan pada Selasa malam, 18 Maret 2025, setelah sebelumnya Mentan Andi Amran Sulaiman mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja Bulog Kalsel pada Selasa pagi.

Baca Juga: Bulog Bantah Takaran Beras SPHP Dicurangi

Bulog dinilai tidak responsif dalam menyerap gabah petani saat panen raya, yang berakibat pada kesulitan petani dalam menjual hasil panen dengan harga sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Para petani di Kabupaten Tanah Laut mengeluhkan bahwa minimnya respons Bulog membuat mereka terpaksa menjual gabah kepada tengkulak dengan harga lebih rendah, yakni berkisar antara Rp 5.300 hingga Rp 5.600 per kilogram.

Bulog Kalsel juga disebut sulit dihubungi ketika petani membutuhkan kepastian pembelian, serta jarang turun langsung ke lapangan meskipun panen raya tengah berlangsung. Akibatnya, banyak petani terpaksa menyimpan gabah di rumah tanpa kepastian kapan akan dibeli.

Baca Juga: Temuan Beras Berkutu, Wamentan : Kami Perbaiki Sirkulasi Beras di Bulog

Selain itu, Bulog menerapkan persyaratan ketat dalam proses pembelian, seperti mewajibkan gabah dalam kondisi benar-benar kering. Hal ini semakin menyulitkan petani yang berharap dapat segera menjual hasil panennya tanpa hambatan administratif.

Situasi ini mendorong pemerintah untuk mengevaluasi kinerja Bulog di Kalimantan Selatan. Pemerintah menegaskan bahwa perbaikan sistem perlu dilakukan agar petani tidak terus dirugikan dan dapat memperoleh harga jual yang layak sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya: Cara Mudah Mendaftar dan Berkompetisi dalam Ajang Lestari Award 2025

Menarik Dibaca: Deretan Promo Spesial Burger Bangor Selama Ramadhan, Enak dan Ngenyangin Banget

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Survei KG Media
Terbaru