Ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh 6,36%

Rabu, 16 Desember 2015 | 16:57 WIB Sumber: Antara
Ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh 6,36%


MANADO. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan lebih rendah dibanding tahun lalu. Tapi, Bank Indonesia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2015 tumbuh 6,36%, atau lebih besar dibanding tahun 2014 yang sebesar 6,31%. 

Kepala Kantor BI Perwakilan Sulawesi Utara Peter Jacobs mengatakan, ekonomi Sulut selama lima tahun ke belakang tercatat cukup baik dibanding provinsi lain karena tidak bergantung pada satu sektor tertentu, misalnya sektor pertambangan. Selama lima tahun terakhir hingga 2014, pertumbuhan ekonomi Sulut antara 5%-7%.

"Kebijakan fiskal pemerintah juga mampu menggerakan perekonomian kearah yang lebih baik," kata Peter, Rabu (16/12). 

Sekadar informasi, tahun lalu perekonomian nasional naik 5,1%, dan diperkirakan melambat menjadi 4,7% pada tahun ini.

Sektor konstruksi tercatat sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sedangkan sektor utama Sulut lainnya seperti pertanian, industri dan perdagangan yang cenderung tumbuh moderat.

"Di tahun 2015, perekonomian di daerah kami perkirakan juga bergerak ke arah yang lebih baik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di level provinsi," jelasnya.

Cukup banyaknya pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan bandara dipercaya memberi kotribusi positif pada percepatan pertumbuhan ekonomi di level kabupaten dan kota.

Pertumbuhan ekonomi Sulut juga tidak terlepas dari perbankan yang terus tumbuh positif. Pada tahun 2015, kredit yang disalurkan perbankan Sulut diperkirakan tumbuh 13,5%. 

Peningkatan tersebut didorong oleh kredit investasi yang disalurkan pada sektor pertambangan dan sektor pengadaan listrik. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh moderat, sehingga loan to deposit rasio (LDR) perbankan Sulut akan berada di kisaran 130%.

Perekonomian Sulut ke depan tidak terlepas dari berbagai tantangan. "Kami melihat, tantangan perekonomian Sulut terletak pada perkembangan industri, kondisi ketenagakerjaan dan pengendalian harga," jelas Peter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia
Terbaru