Ekspor kerajinan Bali mulai terganggu

Senin, 24 Agustus 2015 | 12:56 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Ekspor kerajinan Bali mulai terganggu


DENPASAR. Realisasi ekspor aneka barang kerajinan Bali terhambat sejak awal hingga pertengahan tahun 2015 akibat kondisi ekonomi negara konsumen pertumbuhannya relatif kecil.

"Selain kondisi ekonomi global belum menguntungkan, barang kerajinan Bali juga mendapat persaingan dari negara tetangga seperti Tiongkok, Vietnam dan India," kata Ketut Nadia, seorang pengusaha aneka kerajinan di Gianyar, Senin (24/8).

Masalah persaingan dari negara tetangga sebenarnya tidak perlu merisaukan karena sama-sama memiliki pangsa pasar tersendiri. Aneka barang kerajinan Bali yang dibuat dengan rancang bangun (desain) yang dipadukan dengan budaya lokal.

Nadia mengakui, para rekan bisnisnya di mancanegara sering membawa rancangan barang yang dipesannya kemudian dipadukan dengan seni budaya Bali sehingga memiliki ciri khas tersendiri dan disenangi konsumen luar negeri.

"Jadi kerajinan buatan masyarakat Pulau Dewata memiliki pangsa pasar tersendiri di pasar ekspor, sehingga tak perlu khawatir, hanya saja kondisi ekonomi masyarakat internasional yang kurang bersahabat sehingga kurang laku ke pasaran mancanegara itu," katanya.

Apalagi produk asal Tiongkok memiliki citra sebagai produk yang murah dengan kualitas yang rendah, dan kondisi itu menguntungkan bagi Bali. Pokoknya hasil kerajinan Pulau Dewata mampu menyentuh hati calon pembelinya tentu dengan harga terjangkau, kata dia.

Tersebar luasnya citra kurang menguntungkan produk asal negeri Tiongkok tersebut, menyebabkan aneka barang kerajinan buatan Bali punya pangsa pasar khusus di luar negeri sehingga tetap ada pesanan yang diterima para pengrajin hanya jumlahnya terbatas.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali, Made Suastika mengatakan, perolehan devisa dari aneka barang kerajinan Bali berkurang, namun tetap ada saja barang bernilai seni itu dikapalkan ke pasar antarbangsa.

Kondisi ekonomi konsumen yang kurang mendukung sehingga perolehan devisa dari aneka kerajinan Bali berkurang hingga 15 persen menjadi hanya seratus juta dollar AS selama Januari-Juni 2015, jika dibandingkan periode sama 2014 mencapai 117 juta dollar.

Ia membenarkan kalau perolehan devisa dari aneka barang anyaman melorot hingga 68 persen menjadi hanya 974 ribu dollar AS Januari-Juni 2015, dari periode yang sama 2014 mencapai tiga juta dollar.

Hal yang cukup menggembirakan, aneka kerajinan Bali yang tadinya mendapat persaingan ketat dari negara tetangga, masih laku terjual dengan cukup memadai, dan jumlah itu diharapkan lebih besar pada menjelang akhir tahun dan perayaan Natal nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru