KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan Transjabodetabek yang telah beroperasi selama sekitar enam bulan sejak diluncurkan pada 24 April 2025 kini tengah dievaluasi oleh PT Transjakarta.
Evaluasi dilakukan untuk melihat efektivitas layanan sekaligus peluang penambahan rute guna memperluas jangkauan perjalanan antarkota penyangga Jakarta.
Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza menyebutkan, respons masyarakat terhadap layanan tersebut cukup baik.
“Secara umum sih, animo dan jumlah pelanggannya cukup tinggi,” ujarnya saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Baca Juga: Transjabodetabek Bogor-Blok M Tak Layani Penumpang dari Baranangsiang & Cidangiang
Menurut Welfizon, Transjakarta saat ini tengah mempelajari kemungkinan pengembangan rute baru, termasuk melalui skema kerja sama dengan pemerintah daerah di sekitar Jakarta.
“Wali Kota Bogor kemarin kan menawarkan beberapa lokasi Transit-Oriented Development (TOD) yang mungkin bisa dikerjasamakan. Depok juga sama, kami juga kemarin sudah bersurat untuk menindaklanjutinya,” kata dia.
Mendukung mobilitas pekerja harian Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Susilo Dewanto, menyatakan bahwa layanan Transjabodetabek berperan penting bagi mobilitas warga yang tinggal di daerah penyangga tetapi bekerja di Jakarta.
"Bilamana angkutan umum itu sedikit atau tiada, maka pilihannya mereka akan menggunakan kendaraan pribadinya, dan tentunya akan memenuhi kota Jakarta dan membuat semakin padat lalu lintasnya,” ujar Susilo dalam acara Balkoters Talk di Balai Kota DKI Jakarta.
Baca Juga: Perhatian Transjabodetabek Rute Bekasi-Dukuh Atas dan Ancol-Blok M Segera Hadir
Ia menekankan, semakin banyak warga Jabodetabek yang beralih ke angkutan umum terintegrasi, semakin besar peluang pengurangan kemacetan di Jakarta.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, M. Taufik Zulkifli, menilai kajian pengembangan rute Transjabodetabek selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta. Dalam beleid tersebut, pengaturan layanan transportasi di kawasan aglomerasi menjadi salah satu fokus utama.
"Tadi sudah disampaikan juga oleh Pak Susilo, ada daerah aglomerasi, dan kemudian bagaimana kita juga bekerja sama dengan pemerintah daerah di tetangga Jakarta, ya, Banten, Jawa Barat, atau kotanya itu Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, dan seterusnya,” ujar Taufik.
Menurut Taufik, kolaborasi antardaerah menjadi kunci agar layanan transportasi massal tidak hanya terpusat di Jakarta, tetapi juga mengalir hingga wilayah penyangga yang menjadi sumber mayoritas komuter harian.
Selanjutnya: Menperin Resmikan BPIPI untuk Perkuat Kompetensi dan Ekosistem Industri Alas Kaki
Menarik Dibaca: Inspirasi Ruang Gaya Mode: Cara Kim Lewis Menyatukan Warna, Pola, dan Kenyamanan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News