Fakta baru erupsi Merapi, kepanikan penambang pasir hingga tekanan gas yang besar

Selasa, 03 Maret 2020 | 13:50 WIB   Reporter: Wahyu Tri Rahmawati
Fakta baru erupsi Merapi, kepanikan penambang pasir hingga tekanan gas yang besar

Warga beraktivitas dengan mengenakan masker saat hujan abu di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (3/3/2020).


ERUPSI GUNUNG - JAKARTA. Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3) pagi membuat sejumlah wilayah terkena hujan abu. Bandara Internasional Adi Sumarmo bahkan terpaksa ditutup sementara karena abu vulkanik yang cukup tebal.

Sementara itu, Bandara Adisucipto di Yogyakarta masih berjalan normal pasca-erupsi Merapi. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, tinggi kolom erupsi Gunung Merapi tercatat kurang lebih 6.000 meter.

Baca Juga: Bandara Adi Soemarmo ditutup sementara, empat penerbangan terdampak

Hal ini menunjukan adanya tekanan gas yang besar. Meski demikian, BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada. Berikut ini fakta terkini pasca-erupsi Merapi:

1. Tekanan gas yang besar

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, mengatakan, penyebab erupsi Gunung Merapi ini karena dorongan gas. "Kalau yang dulu-dulu freatik itu gas murni tidak ada material magmatis, yang ini kan sudah sejak bulan Agustus 2018 sudah keluar magmanya. Tetapi dominan masih gas," ujar Hanik Humaida, Selasa (3/3).

Dalam pantauan BPPTKG Yogyakarta, tinggi kolom erupsi Gunung Merapi pada Selasa pagi cukup tinggi, kurang lebih 6 kilometer. "Tekanan gasnya lebih besar dari yang kemarin," ungkapnya.

Baca Juga: Erupsi Gunung Merapi disebabkan tekanan gas

2. Erupsi tunggal yang didominasi gas

Hanik menjelaskan, erupsi pada Selasa pagi merupakan erupsi tunggal. Artinya, material saat letusan terjadi didominasi gas. "Jadi ini merupakan erupsi tunggal. Seperti kemarin dominasi erupsi adalah erupsi gas," sebut Hanik.

Erupsi Gunung Merapi ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 milimeter. Sementara durasi tercatat 450 detik. Awan panas guguran ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer. "Jadi masih ke arah bukaan kawah," tegasnya.

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru