AGRIBISNIS - JAKARTA. Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P. Utoyo mengatakan bisnis perunggasan khususnya ayam ras akan terus berkembang. Produksi pun diperkirakan akan terus meningkat. Di mana, produksi ayam ras diperkirakan mencapai 3,5 juta ton.
Hal ini dikarenakan konsumsi masyarakat atas produk unggas terus meningkat. “Produksi terus tumbuh. Karena masyarakat semakin maju, dia akan semakin banyak mengonsumsi protein. Sementara, harga daging masih mahal,” ujar Don P. Utoyo, Senin (2/7).
Meski tumbuh, namun bisnis perunggasan ini pun masih mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan permintaan atas ayam tidak merata sepanjang tahun. Ini pun bisa dilihat dari beberapa peristiwa di mana harga ayam terkadang melonjak naik dan terkadang harga ayam di tingkat peternak anjlok.
Melihat ini, Don pun meminta supaya pemerintah membuat regulasi dan memberi fasilitas yang dapat membantu peternak. “Contoh regulasinya, coba dibuat insentif biaya untuk pembangunan rumah potong ayam itu kreditnya lebih murah. Biaya untuk investasi cold storage juga lebih murah. Kan ini dapat menekan harga ayam,” ujar Don.
Sementara, regulasi yang mengatur harga unggas di tingkat peternak dan konsumen dianggap kurang efektif. Pasalnya, harga ayam sangat ditentukan oleh mekanisme pasar atau supply dan demand.
“Saya kira harga tidak bisa diatur, ini kembali ke mekanisme pasar. Mungkin ada sedikit pengaruhnya, tetapi masih ada supply demand. Apalagi, saat ini biaya produksi meningkat karena larangan penggunaan AGP dan jagung yang meningkat,” tandas Don.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News