KONTAN.CO.ID - MEDAN. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggandeng 32 penenun songket Melayu untuk menggelar pembinaan pembuatan kain tradisional (wastra) menggunakan pewarna alam. Kegiatan yang diselenggarakan di Medan ini bekerja sama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami).
Seperti diketahui, laporan Market Research Future pada 2025 mencatat nilai pasar pewarna alam dunia dapat mencapai US$7,2 miliar pada 2032 dengan estimasi pertumbuhan per tahun sekitar 8,5% sepanjang 2026-2033. Tren pasar yang semakin memperhitungkan dampak lingkungan dalam proses produksi menjadi pendorong utama popularitas pewarna alam.
Pada kesempatan ini, pelatihan melibatkan 32 orang penenun dari lima komunitas asal Kabupaten Deli Serdang dan Batu Bara, Sumatera Utara. Para penenun diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan pembuatan wastra berbasis warna alam pasca pelatihan berlangsung.
Baca Juga: Dorong Ekosistem Pembayaran Era IoT, BCA Akan Luncurkan Layanan MyBCA di Smartwatch
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan program ini bertujuan membantu para penenun menguasai teknik pewarnaan alam, menggunakan material ramah lingkungan, serta menghasilkan produk tenun berkelanjutan.
Ia bilang saat ini banyak penenun belum menguasai teknik pewarnaan berbasis warna alam. Padahal, penggunaan warna alam pada tenun songket Melayu Sumatera Utara dapat menambah daya tarik dan nilai jualnya.
“Tren eco-fashion saat ini membawa peluang bagi tenun songket Melayu Sumatera Utara agar semakin dikenal khalayak,” ujarnya, Selasa (4/11).
Lebih lanjut, Hera bilang para penenun diharapkan bisa mengimplementasikan teknik pewarnaan menggunakan warna alam, serta menjaga keberlangsungan agar tenun songket Melayu Sumatera Utara kian dikenal sebagai kain tradisional ramah lingkungan.
Baca Juga: BCA Syariah Telah Salurkan Pembiayaan Rp 12,2 Triliun per September 2025
Ia menambahkan penggunaan warna alam dalam proses penciptaan kain tenun kian kalah pamor dari pewarna sintetis. Selain proses produksinya yang panjang, pewarna alam dianggap lebih sulit digunakan dan mahal dibanding pewarna sintetis.
Pembinaan di Sumatera Utara ini bukan yang pertama bagi BCA dalam hal dukungan terhadap pengembangan tradisi wastra warna alam Indonesia. BCA pernah menggelar program pembinaan serupa kepada sejumlah kelompok penenun dan pegiat wastra di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT); serta di Baduy, Banten.
Selanjutnya: Implementasi IUAE CEPA Dongkrak Daya Saing Emas Indonesia di Pasar Timur Tengah
Menarik Dibaca: Karyawan Kontrak Bisa Punya Rumah? Ini 2 Program KPR Subsidi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News