Menurut Mada, DPP PDI-P memilih Gibran karena pertimbangan memunculkan ide baru, regenerasi baru, dan pengelolaan Kota Solo yang lebih segar. Selain itu, pengusungan Gibran dinilainya tak lepas dari citra yang ingin dibangun PDI-P untuk menggaet anak muda dan menawarkan perubahan. "Meskipun tentu saja kita bisa melihat bahwa Mas Gibran kan masih muda dan bisa dikatakan bau kencur," kata Mada.
Proses pencalonan yang tertutup
Dinamika yang terjadi dianggap Mada hal yang biasa dalam partai politik. Dalam proses pencalonan selalu ada tarikan antara pusat dan daerah. "Antara keinginan DPP dengan keinginan kepengurusan partai di tingkat daerah. Itu saya kira tarikannya tarikan klise yang juga terjadi di pilkada-pilkada sebelumnya," papar Mada.
Baca Juga: Anak sulung Jokowi yang akan diusung PDI-P di Pilwalkot Solo 2020?
Hal tersebut karena proses pencalonan atau nominasi cenderung tertutup dan kurang melibatkan partisipasi publik. "Ada kemungkinan pengaruh oligarki, pengaruh dinasti politik. Kita bicara secara umum. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi sangat terasa sekali dan potensial terjadi," ujar dia.
Oleh karena itu, Mada berharap muncul partai-partai lain yang menawarkan proses nominasi secara lebih terbuka. "Sehingga ada mekanisme baru, ada proses baru dalam nominasi yang itu sekiranya bisa menjadi mekanisme bagi partai-partai lain untuk menghadapi partai-partai terutama yang dianggap sudah mapan dan kuat di suatu daerah," kata Mada. (Dandy Bayu Bramasta)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diusung PDI-P, Bagaimana Peluang Gibran-Teguh di Pilkada Solo 2020?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News