Gula pasir penyumbang inflasi tertinggi di Jember

Rabu, 01 Juni 2016 | 17:04 WIB Sumber: Antara
Gula pasir penyumbang inflasi tertinggi di Jember


 

JEMBER. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember mencatat komoditas gula pasir menjadi penyumbang tertinggi infasi bulan Mei 2016 di wilayah setempat, sehingga angka inflasi di daerah itu mencapai 0,15 persen.

"Komoditas gula pasir mengalami inflasi sebesar 8,17 persen dengan sumbangan angka inflasi pada bulan Mei 2016 sebesar 0,06 persen," kata Kepala BPS Jember Indria Purwaningsih di Kantor BPS setempat, Rabu (1/6).

Selain gula pasir, beberapa komoditas penyumbang inflasi di Jember yakni apel, wortel, emas perhiasan, mie, beras, nasi dengan lauk, telur ayam ras, pisang, dan lele. Sedangkan penyumbang deflasi yakni daging ayam ras, bawang merah, bensin, udang basah, kacang panjang, jeruk, ikan asin belah, bayam, minyak goreng, dan buncis.

"Komoditas gula pasir, daging ayam ras, dan emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi di delapan kabupaten/kota yang mengalami Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, termasuk inflasi Jatim," katanya.

Harga gula pasir di pasar tradisional Jember menembus angka Rp16.000 per kilogram, bahkan di beberapa toko pengecer mencapai Rp17.000 per kilogram.

"Menjelang bulan Ramadhan terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok dengan komoditas gula pasir yang melambung tinggi dari Rp11.000 menjadi Rp16.000 per kilogram dan beras pada bulan Mei 2016 juga mengalami kenaikan karena habisnya masa panen raya," tuturnya.

Dari tujuh kelompok pengeluaran, sebanyak empat kelompok pengeluaran di antaranya mengalami inflasi, yakni kelompok sandang 1,31 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,88 persen, kelompok kesehatan 0,41 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,09 persen.

Sedangkan tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,36 persen, diikuti kelompok transport, komunikasi, dan keuangan sebesar 0,12 persen. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,01 persen.

"Inflasi Jember lebih tinggi dibandingkan inflasi Jatim yang tercatat sebesar 0,14 persen, namun lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,24 persen," ujarnya.

Indria menjelaskan inflasi pada bulan Mei selama 2006-2016, tercatat inflasi yang terjadi pada tahun 2016 merupakan angka inflasi terendah selama 10 tahun terakhir dan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1,39 persen.

Dari delapan kabupaten/kota IHK di Jatim pada Mei 2016, inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,31 persen, diikuti Kabupaten Jember, Kota Probolinggo, dan Malang masing-masing 0,15 persen.

Selanjutnya adalah Kota Surabaya sebesar 0,13 persen, Kota Kediri dan Kabupaten Banyuwangi masing-masing 0,12 persen, serta inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,06 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan
Terbaru