SAMPIT. Petani karet Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengeluhkan harga getah karet yang murah dan tidak menentu dalam beberapa pekan terakhir.
"Harga getah karet di tingkat petani Rp6.000/kg atau turun Rp5.000/kg dari sebelumnya yang mencapai Rp11.000/kg," kata Wanto seorang petani karet di Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, kabupaten Kotim kepada wartawan di Sampit, Rabu (11/2).
Turunnya harga karet di tingkat petani diduga akibat permainan para pengumpul karet. Akibat permainan para pengumpul tersebut petani sangat dirugikan.
Murahnya harga karet membuat sebagian petani enggan menjual panennya, dan mereka lebih cenderung menunggu adanya perubahan harga.
"Sekarang musim penghujan, menyadap karet agak sulit karena mangkok penampungan terisi air hujan, sehingga getah karet tumpah keluar. Kami berharap harga getah karet bisa naik," katanya.
Sementara itu, petani karet lainnya, Edi mengaku lebih memilih menjual hasil panennya langsung ke pabrik yang ada di Kota Sampit dan harganya lebih mahal ketimbang di tingkat pengumpul.
"Jika kita mengantar langsung ke pabrik harganya bisa mencapai Rp10.000/kg. Lumayan ada selisih harga di bandingkan di jual ke pengumpul," katanya.
Edi mengungkapkan, harga getah karet memang tidak sama, dan yang membedakan adalah kualitas karet itu sendiri.
Karet yang kadar air tinggi biasanya harga lebih rendah, sedangkan getah karet yang tidak direndam atau kadar airnya rendah serta warnanya cerah itu termasuk kualitas bagus dan harganya bisa mencapai Rp10.000 hingga Rp11.000/kg.
"Sebagian besar petani kurang memahami agar karet kualitas. Biasanya petani merendam karet dalam air. Cara itu yang membuat harga jatuh. Seharusnya begitu diangkat dari mangkok penampungan langsung di simpan di tempat penampungan yang tidak mengandung air," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News