Harga karet ikut menekan ritel Sumsel

Senin, 18 Mei 2015 | 17:05 WIB Sumber: Antara
Harga karet ikut menekan ritel Sumsel

ILUSTRASI. Promo SeaBank ?Jajan Untung? adalah promo kolaborasi bersama Hokben yang baru hadir di awal Desember 2023.


PALEMBANG. Penurunan harga komoditas ekspor karet berpengaruh cukup signifikan pada usaha ritel di Sumatera Selatan. Kinerja ritel di kuartal I-2015 anjlok sampai 17%.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Gotti Situmorang di Palembang, Senin (18/5), mengatakan, penurunan kinerja usaha ritel tersebut merupakan yang terburuk jika dibandingkan rata-rata nasional yakni 10%.

"Sumsel perekonomiannya sangat bergantung dengan komoditas ekspor, terutama karet sehingga ketika harganya anjlok di pasaran dunia langsung berpengaruh pada daya beli masyarakat," kata Gotti.

Ia mengemukakan, selagi harga karet tidak membaik maka usaha ritel akan semakin tertekan. Penurunan di kuartal I lalu juga merupakan catatan terburuk kinerja ritel Sumsel terburuk dalam empat tahun terakhir.

Meski masih lesu di awal tahun, Gotti optimitis bakal membaik pada kuartal kedua seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Ramadhan dan Lebaran, dan pengadaan barang/jasa pemerintah.

"Ke depan, pemerintah harus mencari cara lain selain hanya mengekspor karet ke luar negeri. Sebaiknya pemerintah mulai memikirkan bagaimana caranya untuk menghilirisasikan industri sehingga tidak tergantung lagi dengan permintaan dunia," ujar dia.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, indeks tendensi konsumen (ITK) di Sumsel pada kwartal I/2015 anjlok ke level 99,97 dari kuartal sebelumnya 102,78.

BPS memperkirakan kondisi ekonomi konsumen Sumsel bakal berbalik arah pada kuartal kedua dikisaran ITK sebesar 105,72.

Sementara itu, harga karet di tingkat petani berkisar Rp 17.000 per kg untuk karet kering 100%, sedangkan jika kadar keringnya tidak mencapai 100 persen mencapai Rp 5.000 - Rp 8.000 per kg.

Pada tahun 2011 lalu, harga karet harga karet sempat melambung dengan mencapai 5 dolar AS per kg seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang menembus angka 9,2. (Dolly Rosana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru