Hujan buatan selamatkan waduk di Batam dari kekeringan

Rabu, 24 Juni 2020 | 00:38 WIB   Reporter: Fahriyadi
Hujan buatan selamatkan waduk di Batam dari kekeringan

ILUSTRASI. Warga melintasi jalan lama penghubung Kecamatan Eromoko dengan Baturetno di area Waduk Gajah Mungkur yang mengalami penyusutan debit air akibat kemarau di Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (4/9). Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, se


KEMARAU - JAKARTA. Tinggi Muka Air (TMA) seluruh waduk di wilayah Batam naik siginifikan dalam tiga hari terakhir. Kenaikan TMA bahkan selamatkan operasional sebagian waduk.  Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Batam tetap dilanjutkan hingga 20 hari mendatang.

Hingga kemarin, elevasi muka air Waduk Sei Ladi naik capai lebih dari 1 meter (117 cm), Waduk Sei Harapan naik 61 cm, Waduk Muka Kuning naik 41 cm, Waduk Duriangkang naik 26 cm, dan Waduk Nongsa naik 21 cm.

“Setiap hari terjadi hujan di wilayah Batam dengan intensitas sedang hingga deras. Dalam beberapa hari ini, curah hujan memang cukup besar. Berdasarkan data penakar rata-rata curah hujan selama 10 hari ini mencapai 122,3 mm,” ujar Koordinator Lapangan TMC-BBTMC Posko Batam Budi Harsoyo di Batam, Selasa (23/6).  

Hujan deras dalam tiga hari terakhir, mampu menyelamatkan kondisi waduk itu sendiri.  Salah satunya, waduk Muka Kuning yang terancam shut down atau berhenti operasional untuk suplai air baku.

“TMA Waduk Muka Kuning turun sekitar 4 cm perhari karena pengambilan untuk kebutuhan air baku. Alhamdulillah, hujan deras pada Sabtu lalu, intensitas di Waduk Muka Kuning capai 52 mm sehingga dapat  meningkatkan elevasi waduk setinggi 56 cm. Jadi posisinya sudah aman dan kembali beroperasi normal,” ungkapnya.

Selain Waduk Muka Kuning, dampak TMC juga terlihat pada Waduk Sei Ledi.  “Hujan dua hari pada Jum’at dan Sabtu lalu membuat elevasi Waduk Sei Ladi naik satu meter lebih. Sekarang hanya dibutuhkan penambahan sekitar  98 cm dari batas limpas,” ujar Budi Harsoyo..

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilaksanakan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) dimulai sejak 10 Juni lalu.  Selama 10 hari  pelaksanaan TMC di Batam, berdasarkan hasil analisis data curah hujan Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), volume hujan tercatat telah mencapai 45,1 juta meter kubik.

“Kami tetap berjuang memanfaatkan potensi awan yang ada untuk membantu masyarakat Batam keluar dari kesulitan kebutuhan air baku sehari-hari. Masih ada 20 hari  ke depan pelaksanaan TMC khusus wilayah Batam,” ujar Jon Arifian, Pelaksana Harian Kepala BBTMC-BPPT.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala  BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto kembali mengingatkan agar para pengelola waduk dapat melaksanakan TMC secara tepat waktu.

“TMC harus menjadi bagian pengelolaan waduk keseluruhan. Sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan air baku tetapi juga meningkatkan produktivitas waduk itu sendiri, meningkatkan pertanian, PLTA dan lain-lain,” ujarnya.

Di sisi lain, Tri Handoko Seto juga mengharapkan para pengelola waduk melakukan pembenahan manajemen arsip data waduk yang baik .

“Kekurangan di Batam saat ini, kami belum mendapatkan data pemakaian air waduk harian untuk dapat menghitung volume hasil TMC secara lebih komprehensif. Oleh karena itu, disarankan agar penyimpanan arsip dan pencatatan harian data hidrologi waduk dapat lebih ditingkatkan dan diperhatikan lebih baik lagi,” ujarnya.

Seperti diketahui, wilayah Batam yang terletak di Kepulauan Riau mengalami kekeringan akibat musim kemarau 2019 yang cukup panjang. Pada Januari-Februari lalu jumlah curah hujan  lebih rendah dari batas normal. Akibatnya, TMA Waduk-waduk di Batam turun drastis. Penurunan tinggi muka air ini apabila tidak diantisipasi akan menjadi masalah serius bagi Pulau Batam dikarenakan kebutuhan sumber daya air baku hanya berasal dari waduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fahriyadi .

Terbaru