KUPANG. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur tengah mempercantik lima objek wisata di Kota dan Kabupaten Kupang untuk menarik wisatawan domestik. Destinasi ini bisa dipilih untuk mengisi liburan panjang bersama keluarga.
Kelima objek wisata tersebut adalah Pantai Lasiana, Pantai Tablolong, Air Terjun Oenesu dan Tesbatan serta Pulau Kera di bibir pantai Kupang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Marius Ardu Jelamu pada Selasa (28/6), mengatakan biasanya, Pantai Lasiana yang lokasinya dalam wilayah Kota Kupang, menjadi sasaran utama wisatawan domestik untuk mengisi hari libur bersama keluarga, baik pada hari Minggu maupun hari libur nasional.
Pantai berpasir putih itu memiliki ombak yang tenang dengan warna air laut yang bening, sehingga membuat wisatawan domestik lebih memilih berekreasi ke sana.
Objek wisata pantai Tablolong di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang juga menjadi sasaran wisawatan domestik, jika sudah merasa bosan di Lasiana.
Selain objek wisata pantai, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT juga menawarkan objek wisata air terjun rendah di Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, serta air terjun Tesbatan di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang.
Selain itu, ditawarkan juga tamasya ke Pulau Kera yang terletak di bibir pantai Kupang yang di kelilingi pantai berpasir putih yang menjadi tempat peristirahatan para nelayan setelah lelah mencari ikan di lautan lepas.
Pulau kecil ini hanya ditempuh selama sekitar 10 menit dengan perahu motor dari Kupang. Pulau Kera ini berasal dari kata "Takera" sebuah kosah kata dari Bahasa Solor yang berarti tempat untuk menimbah air yang bahannya terbuat dari daun lontar.
Konon, seorang raja dari Pulau Solor di Kabupaten Flores Timur beserta punggawanya sedang berlayar menuju Kupang dengan sebuah perahu layar, namun ketika memasuki Kupang di Pulau Timor, mereka kehabisan air minum.
Ketika sampai di pulau tak berpenghuni yang letaknya di bibir pantai Kupang itu, Sang Raja pun mengajak punggawanya untuk mampir mencari air di pulau kecil itu.
Mereka kemudian menemukan sebuah sumur di pulau tersebut. Sang Raja pun memerintahkan punggawanya untuk menimba air dari sumur tersebut dengan Takera.
Ketika sedang menimba, tali yang digunakan untuk mengikat Takera agar bisa mengambil air dari kedalaman yang tak bisa dijangkau dengan tangan, terputus sehingga meninggalkan Takera dalam sumur tersebut.
Pulau tandus itu akhirnya lebih populer dengan sebutan Kera, karena kisah tertinggalnya Takera sang raja dari Pulau Solor dalam sumur tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis Pemerintah Kabupaten Kupang (2014), jumlah penduduk di Pulau Kera sudah mencapai sekitar 102 kepala keluarga (KK) yang sebagian besarnya adalah umat muslim dari Suku Bajo di Sulawesi Tenggara, sehingga dibangunlah sebuah masjid kecil di pulau tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News