ERUPSI GUNUNG - MANADO. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menganalisis penyebab suara gemuruh guguran dan munculnya sinar api di Gunung Karangetang, Sulawesi Utara, pada Selasa (9/7) kemarin.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan mengatakan, berdasarkan analisis sementara, kejadian tersebut berhubungan dengan adanya fluktuasi jumlah kejadian gempa fase banyak.
Baca Juga: Suara gemuruh Gunung Karangetang terdengar dan muncul sinar api
"Biasanya, jumlah gempa fase banyak, kurang lebih lima kejadian per hari. Hanya khusus untuk kemarin, mencapai lebih dari lima kejadian per hari," ujar Hendra saat dikonfirmasi, Rabu (10/7).
Hendra menjelaskan, berdasarkan periode pengamatan Rabu ini, pada pukul 00.00-06.00 Wita, aktivitas Gunung Karangetang terekam terjadi gempa-gempa fase banyak dan vulkanik dangkal. Sedangkan, secara visual Gunung Karangetang mengeluarkan asap dan itu terjadi di dua kawah.
Berdasarkan pengamatan, kawah utama mengeluarkan asap berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 150 sampai 200 meter. Kemudian, kawah dua mengeluarkan asap putih tebal dengan tinggi lebih kurang 50 meter.
Baca Juga: Gunung Karangetang keluarkan asap setinggi 300 meter
"Tingkat aktivitas Gunung Karangetang masih tetap level III atau siaga," kata dia. Untuk itu, warga dan pengunjung atau wisatawan diimbau agar tidak mendekat, juga tidak melakukan pendakian dan beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya, yakni adius 2,5 kilometer dari puncak kawah dua dan kawah utama.
Selain itu, tidak beraktivitas di area perluasan sektoral dari kawah dua ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 kilometer, yaitu wilayah yang berada di antara Kali Batuare dan Kali Saboang. Kemudian, warga di sekitar Gunung Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Baca Juga: Status tanggap darurat Gunung Karangetang diperpanjang hingga 26 Februari 2019
Warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang diminta meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai. (Skivo Marcelino Mandey)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News