Jabodetabek

Jakarta Banjir, Drainase Tak Mampu Menampung Hujan Intensitas Tinggi

Jumat, 31 Januari 2025 | 08:02 WIB Sumber: Kompas.com
Jakarta Banjir, Drainase Tak Mampu Menampung Hujan Intensitas Tinggi

ILUSTRASI. Polisi mengatur lalu lintas kendaraan saat banjir di Jalan Tol Sedyatmo, Cengkareng, Jakarta, Rabu (29/1/2025). Jalan tol yang merupakan akses menuju Bandara Soekarno-Hatta tersebut terendam banjir setinggi 20-30 sentimeter akibat tingginya intensitas hujan. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/gp/tom.


BANJIR JAKARTA - JAKARTA. Sejumlah wilayah di Jakarta terendam banjir selama tiga hari terakhir, sejak Selasa (28/1/2025) hingga Kamis sore. Air bukan hanya masuk ke permukiman warga, tetapi juga menutup ruas-ruas jalan utama.

Ketinggian air bervariasi, mulai dari 30 hingga 100 sentimeter yang membuat aktivitas warga terganggu. Pada Rabu pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat ada 52 RT yang terdampak banjir, dengan 22 ruas jalan yang ikut tergenang.

Jakarta Barat menjadi wilayah yang paling banyak terdampak, dengan 27 RT yang terendam air. Namun, menjelang malam sekitar pukul 22.00 WIB, beberapa wilayah mulai surut.

Hingga Kamis pagi, BPBD melaporkan masih ada 36 RT dan 4 ruas jalan yang belum terbebas dari banjir. Jakarta Barat tetap menjadi daerah paling terdampak, dengan 21 RT yang masih terendam.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Wilayah Ini untuk Siaga Hadapi Puncak Musim Hujan & Potensi Bencana

Warga merana karena banjir Banjir yang tidak kunjung usai membuat warga semakin sengsara. Mereka yang bekerja dan mencari nafkah ikut terdampak.

Seorang pengemudi ojek online, Rio (23), mengaku terjebak banjir di Jalan Boulevard Utara, Kelapa Gading, Jakarta Utara, selama 9 jam sejak Rabu dini hari.

"Saya sih dari jam 2 malam di sini menunggu banjir surut," ujar Rio kepada Kompas.com, Rabu.

Rio tak bisa pulang ke rumahnya di Tanah Merah, Jakarta Utara, karena seluruh akses jalan tergenang air.

"Enggak ada (jalan lain), semua kekepung banjir aksesnya, dari Plumpang juga banjir," keluhnya.

Baca Juga: Banjir di Jalan Tol Soedyatmo Arah Bandara Soetta, Wamen PU Ungkap Penyebabnya

Hal serupa dialami Into (33), pedagang tahu keliling yang biasa berdagang di Jalan Boulevard Utara. Akibat banjir, ia kehilangan banyak pelanggan.

"Saya pembelinya jadi surut juga. Sepi," ujar Into.

Biasanya, Into bisa menjual tahu dengan lancar di kawasan tersebut. Namun sejak pagi, ia hanya mendapat segelintir pembeli karena sepi orang yang lewat.

"Kalau banjir, enggak ada pembeli, harus nunggu surut," tambah Into.

Baca Juga: Banjir di Jakarta Belum Surut, 1.179 Warga Masih Mengungsi

Drainase tak bisa tampung air

Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, beralasan bahwa banjir terjadi akibat hujan ekstrem yang melanda ibu kota.

"Kami juga mengacu pada prakiraan cuaca yang ada, bahwasanya yang kemarin itu prakiraan adalah hujan sedang-lebat. Namun ternyata, petang sampai dengan malam kemarin itu adalah cuaca ekstrem," ujar Teguh, Rabu.

Teguh mengklaim pihaknya telah menginstruksikan jajaran Pemprov Jakarta untuk menangani banjir sebaik mungkin, termasuk menyiapkan pompa air dan melakukan pengecekan saluran.

"Kita menyiagakan apa yang semua bisa kita lakukan. Dalam artian begini, seperti pompa air, kami siagakan semuanya. Kemudian kami lakukan pengecekan saluran air semuanya," katanya.

Baca Juga: Genangan Banjir di Kawasan Kelapa Gading Mulai Surut

Namun, ia mengakui kapasitas drainase Jakarta tak mampu menampung hujan dengan intensitas tinggi.

"Jadi malam itu cuacanya ekstrem. Tercatat di stasiun pengamatan hujan Kemayoran, ketinggian (air) 368 milimeter, padahal kemampuan kita 150 milimeter. Kemudian untuk yang terendah adalah 264 milimeter ini di stasiun pengamatan hujan Cengkareng," jelas Teguh.

Meski demikian, Teguh mengklaim penanganan banjir di Jakarta sudah lebih baik karena air cepat surut. Tak ada lagi program pengendalian banjir.

Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai pengendalian banjir di Jakarta sudah tak lagi sesuai dengan kondisi kota saat ini. Menurutnya, sedimentasi, penyempitan saluran, pendangkalan, dan limbah menjadi penyebab utama banjir, ditambah kebiasaan warga yang masih membuang sampah sembarangan.

Baca Juga: Banjir dan Longsor di Pekalongan, Kementerian PU Buka Akses dan Pasang Jembatan

Dia juga menyoroti kurangnya program pengerukan dan pembersihan saluran air dalam beberapa tahun terakhir. "Dua tahun terakhir tidak pernah terdengar ada program yang namanya pengerukan, pembersihan selokan," kata Yayat.

Baca juga: Pj Gubernur Klaim Penanganan Banjir Jakarta Sudah Lebih Baik Ia membandingkan kondisi saat ini dengan era Ahok yang memiliki tim pemantau saluran air setiap hari.

"Saat zaman Ahok, dia punya pasukan atau petugas yang setiap hari update tentang pemeriksaan saluran," ujarnya.

Banjir di Jakarta memang belum ada obatnya. Setiap hujan besar datang, warga hanya bisa pasrah, menunggu air surut sambil berharap perbaikan segera dilakukan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banjir Kotanya, Sengsara Warganya...", Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2025/01/31/06240311/banjir-kotanya-sengsara-warganya.

Selanjutnya: Pemberian Insentif Bisa Buka Jalan Bagi RI Menjadi Basis Produksi Mobil Elektrifikasi

Menarik Dibaca: 4 Drakor Hwang Min Hyun, Terbaru Ada Study Group di Viu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru