Jelang Ramadhan, Bantul minta tambahan elpiji 3 kg

Senin, 01 Juni 2015 | 11:24 WIB Sumber: Antara
Jelang Ramadhan, Bantul minta tambahan elpiji 3 kg

ILUSTRASI. Pekerja memindahkan tandan buah segar (TBS) di salah satu perkebunan sawit Kota Bengkulu, Bengkulu, Selasa (21/11/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi/rwa.


BANTUL. Dinas Perindustriam Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan PT Pertamina menambah pasokan elpiji 3 kilogram untuk daerah ini selama bulan puasa hingga Lebaran 2015.

"Biasanya pas bulan puasa elpiji 3 kg digelontor tambahan hingga dua kali lipat dari kuota normal. Mudah-mudahan nanti juga demikian," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Bantul Sulistyanto di Bantul, Senin (1/6).

Menurut dia, selama Ramadan komsumsi masyarakat meningkat, dan itu berdampak pada penggunaan elpiji bersubsidi tersebut di tingkat konsumen rumah tangga naik sehingga perlu ada tambahan stok agar bisa memenuhi kebutuhan.

Jatah elpiji 3 kg untuk Bantul yang diberikan Pertamina, kata dia, rata-rata sebanyak 22.000 tabung per hari. Dengan demikian, harapannya saat puasa nanti pasokan bertambah menjadi sekitar 44.000 tabung per hari.

"Kalau ditambah, mesti stok di pangkalan akan 'membleng' (berlebihan). Yang terjadi berdasarkan pengalaman tahun lalu, pangkalan mau tidak mau menjual di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 15.500,00 per tabung," katanya.

Masalahnya, kata dia, setiap pangkalan yang mendapat pasokan dari agen Pertamina harus dapat menghabiskan atau menjual elpiji beserta tambahannya maksimal seminggu. Pasalnya, kalau tidak habis, akan kena sanksi.

"Seminggu (stok di pangkalan) harus habis karena dalam kontrak usaha seperti itu, untuk tambahan stok biasanya diberikan ke pangkalan-pangkalan besar," katanya.

Sementara itu, terkait dengan kondisi elpiji 3 kg belakangan ini, dia mengungkapkan sedikit mengalami gejolak karena konsumen di sebagian wilayah sempat kesulitan untuk mendapat barang bersubsidi itu, bahkan harganya melambung.

"Ini karena kepanikan masyarakat yang berakibat pada aksi borong. Dulu stok di pangkalan bisa sampai empat hari. Namun, sekarang hanya dua hari karena stok yang dulunya di pangkalan dan pengecer sekarang justru pindah ke konsumen," katanya. (Heri Sidik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia
Terbaru