Kalimantan Utara beli pesawat N219 Nurtanio buat ambulans terbang

Jumat, 12 Januari 2018 | 20:55 WIB   Reporter: Ramadhani Prihatini
Kalimantan Utara beli pesawat N219 Nurtanio buat ambulans terbang

ILUSTRASI. Pesawat turboprop N219 PTDI


INFRASTRUKTUR DAERAH - JAKARTA. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) berencana membeli pesawat N219 Nurtanio. Gubernur Kaltara Irianto Lambrie dan Wakil Gubernur Udin Hianggio menyambangi PT.Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk meninjau secara langsung pesawat perintis ini.

Irianto menyatakan tujuan pembelian pesawat N219 Nurtanio karena ingin mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Utara yang hingga saat ini 70% wilayahnya merupakan kawasan hutan dan relatif tertinggal ketimbang daerah lain di Pulau Kalimantan.

Selain itu pembelian pesawat berkapasitas 19 orang penumpang ini diperuntukkan pelayanan kesehatan di daerah perbatasan.

Provinsi Kalimantan Utara yang diresmikan pada tanggal 22 April 2013 itu merupakan pemerintah daerah pertama yang akan membeli pesawat N219 Nurtanio buatan PTDI.

Irianto bilang pihaknya akan membeli sebuah pesawat , namun jika dimungkinkan akan memesan hingga tiga unit pesawat N219 Nurtanio yang dijadikan sebagai pesawat semi komersial yang akan dikelola oleh BUMD setempat.

"Kita ingin bisa menjadikan pesawat N219 Nurtanio ini sebagai ambulan terbang, tapi juga sekaligus karena ini pesawatnya bisa multifungsi untuk penyaluran logistik dan pengangkut orang atau penumpang ke daerah-daerah terisolasi di kawasan perbatasan Kalimantan Utara," kata Irianto Lambrie pada keterangan tertulisnya, Jumat (12/1).

Direktur Utama PT DI, Elfien Goentoro bilang Pesawat N219 Nurtanio memiliki kecepatan (speed) maksimum mencapai 210 knot, dan kecepatan terendah mencapai 59 knot. Hingga saat ini pesawat dengan dua mesin turboprop itu telah 13 kali terbang dengan total 16 jam penerbangan.

Elfien menjelaskan, akan menyiapkan dua purwarupa pesawat N219 Nurtanio untuk uji terbang hingga mencapai 350 jam operasional (flight hours) dan dua purwarupa lainnya untuk dilakukan uji kelelahan struktur pesawat (fatigue test) yang membutuhkan 3000 cycle fatigue test untuk mendapatkan Type Certificate di akhir tahun 2018.

"Kami masih akan terus menyelesaikan hingga akhir tahun ini , tidak hanya dengan satu product development, karena akan ada di akhir bulan Februari satu pesawat untuk mendampingi supaya memenuhi menjadi 350 jam terbang,"Elfien Goentoro. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru