PEKANBARU. Badan Pusat Statistik menyatakan Provinsi Riau pada September mengalami inflasi sebesar 0,81%. Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terjadi di Riau masih lebih tinggi ketimbang inflasi nasional 0,22%.
"Inflasi Riau sebesar 0,81% itu menggambarkan terjadi kenaikan IHK dari 124,52 pada Agustus 2016 menjadi 125,53 pada September 2016," kata Kepala BPS Riau, S. Aden Gultom, di Pekanbaru, Senin (3/10).
Inflasi di Riau dihitung BPS berdasarkan monitoring di tiga kota, yakni Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan. Menurut dia, inflasi Riau pada September 2016 sebesar 0,81% terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen pada lima kelompok pengeluaran, dengan inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,22% dengan andil 0,52%.
Ia menyebutkan, komoditas utama yang mengalami inflasi dan memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah, cabai hijau, buncis, ikan motan, tomat sayur, anggur, telur ayam kampung, daun seledri, ikan baung, minyak goreng, dan lain sebagainya.
Kemudian diikuti kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,31% dengan andil 0,22%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,29% dengan andil 0,06%, kelompok kesehatan sebesar 0,21% dengan andil 0,01%, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,07% dengan andil 0,01%.
"Dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi, yaitu kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,14% dengan andil 0,01%, dan kelompok sandang sebesar 0,01% dengan andil 0,001%," katanya.
Ia mengatakan, tingkat inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,99%, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun atau year on year tercatat sebesar 3,27%
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 19 kota mengalami inflasi, dengan Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85%, diikuti oleh Lhokseumawe 1,44%, dan Medan 1,32%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Bengkulu sebesar 0,07%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News