KEKERINGAN - JAKARTA. Kekeringan ekstrem atau El-Nino berpptensi membuat gagal panen sebanyak 1,2 juta ton beras.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan fenomena El-Nino ini berpotensi menyebabkan kekeringan sekitar 870.000 hektare (ha) lahan padi.
"Analisa data kita, kalau ini El-Nino dengan kapasitas yang sangat tinggi, kita kehilangan 1,2 juta ton beras," jelas Syahrul dijumpai setelah Raker dengan Komisi IV DPR RI, di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/8).
Baca Juga: Kementan Siapkan 6 Daerah Penyanggah Produksi Beras Antisipasi Efek El Nino
Salah satu antisipasi yang dilakukan Kementan adalah tanam padi sebanyak 500.000 ha. Dengan penanaman itu, Syahrul optimis dapat menghasilkan sebanyak 3 juta ton gabah atau sekitar 1,5 juta ton beras untuk mengantisipasi penurunan produksi El-Nino.
Ia menjelaskan 500.000 hektare ini merupakan lahan yang sudah ada yang merupakan wilayah hijau dengan ketahanan air mencukupi untuk produksi padi.
"Sekarang kita sudah mulai tanam, saat ini ada sekitar 50.000-60.000 ha yang sudah tertanam," kata Syahrul.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak El-Nino akan terjadi pada bulan Agustus-September tahun ini.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab mengatakan saat ini sebanyak 63% wilayah di Indonesia telah terdampak cuaca ektrem kemarau panjang atau El Nino.
El-Nino ini berpotensi akan menurunkan produksi pertanian di dalam negeri karena banyak daerah yang akan mengalami kekeringan.
Adapun daerah yang berpotensi mengalami kekeringan ektrem di antaranya adalah sebagian besar Pulau Sumatra dan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Mentan Syahrul Bantah Program Food Estate Disebut Sebagai Kejahatan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News