Kemenkes dan Biofarma Luncurkan Alat untuk Mendeteksi Kanker Usus

Selasa, 19 Juli 2022 | 19:36 WIB   Reporter: Lailatul Anisah
Kemenkes dan  Biofarma Luncurkan Alat untuk Mendeteksi Kanker Usus

ILUSTRASI. Kemenkes dan Biofarma Luncurkan Alat untuk Mendeteksi Kanker Usus


ALAT KESEHATAN - JAKARTA. Kementerian Kesehatan dan Biofarma luncurkan alat deteksi kanker usus yang dinamai BioColomelt-Dx hari ini di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.

Produk BioColomelt-Dx merupakan inovasi hasil kolaborasi Bio Farma dan PathGen yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan, seperti dengan Universitas Nottingham Inggris, dan memiliki Lab pengembangan di Indonesia (Lab LIPI dan BRIN).

Sebelum diluncurkan pada hari ini, BioColomelt-Dx divalidasi oleh klinisi dari beberapa RS nasional di antaranya RS Dharmais, RS Sardjito dan UGM, RSCM dan FKUI.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan BioColoMelt-Dx adalah kit diagnostik molekuler untuk mendeteksi kelainan genetik yang terjadi pada pasien kanker kolorektal.

Baca Juga: Holding BUMN Farmasi Dianugerahi Akhlak Award 2

Hasil pemeriksaan BioColoMelt-Dx berupa informasi profil mutasi kanker yang dapat digunakan oleh dokter atau tenaga medis lainnya untuk menentukan jenis obat yang memberikan respons terapi paling optimal pada pasien kanker kolorektal tersebut.

“Selain itu, BioColoMelt-Dx juga dapat digunakan untuk penapisan (screening) Lynch syndrome, suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai macam kanker dan bersifat keturunan,” kata Menkes dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Selasa (19/7).

Dengan diperolehnya informasi Lynch syndrome dari hasil penapisan tersebut, keluarga pasien yang terduga mempunyai Lynch syndrome dapat menjalani pengawasan untuk pencegahan atau penanganan kanker sedini mungkin.

Budi Gunadi mengatakan kanker itu terjadi karena adanya mutasi dari DNA seseorang. Dalam perjalanan hidup manusia DNA itu bisa berubah dan itu yang memicu kanker.

Baca Juga: Vaksin Booster Jadi Syarat Perjalanan, Ini Daftar Vaksin Halal di Indonesia

''Untuk melihat perubahan DNA itu diperlukan PCR. Itu teknologi yang sederhana, lebih murah alatnya seperti BioColoMelt-Dx. Dengan teknologi ini bisa mendeteksi perubahan DNA di posisi-posisi tertentu. Kalau kita sudah tahu perubahan DNA nya apa, kita tahu persis kankernya kanker apa dan di mana sehingga pengobatannya bisa lebih cepat dan tepat,'' jelas Menkes Budi.

Untuk diketahui, kanker kolorektal merupakan sebutan lain untuk kanker yang menyerang usus besar (kolon), rektum, ataupun keduanya. Berdasarkan data WHO tahun 2018, kanker kolorektal menempati peringkat ketiga dunia untuk jenis kanker yang paling umum terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru