GEMPA BUMI - JAKARTA. Usai kunjungan Presiden Joko Widodo ke NTB awal bulan ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengintensifkan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat NTB dalam membangun rumah tahan gempa teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA).
PUPR menyebut bahwa masyarakat terkena dampak gempa bebas memilih jenis konstruksi yang digunakan untuk membangun rumahnya, namun dengan syarat konstruksi tahan gempa.
Sosialisasi RISHA dilakukan dengan membuat rumah contoh di 20 lokasi, pamflet, informasi di media sosial dan pendampingan langsung. Program rehabikitasi dan rekonstruksi ini dikebut guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
"Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah akan dilakukan sendiri oleh masyarakat secara gotong royong dan ditargetkan bisa rampung dalam waktu enam bulan sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat cepat pulih," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam rilis yang diterima Rabu (5/9).
Guna merealisasikan target tersebut, Basuki telah meminta Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Provinsi NTB untuk membuka depo bahan bangunan di tingkat kecamatan/desa untuk memberi kemudahan dan akses kepada masyarakat yang membutuhkan material konstruksi antara lain semen, besi, dan pasir.
"Adanya depo bahan bangunan diharapkan menjamin ketersediaan stok dalam jumlah cukup dan harga yang terjangkau," ungkapnya.
Kementerian PUPR sendiri telah menerjunkan sebanyak 400 insinyur muda CPNS, dibantu oleh mahasiswa dan unsur relawan dalam mendampingi masyarakat selama masa pembangunan RISHA.
Sebelumnya bangunan contoh RISHA pernah diaplikasikan oleh Kementerian PUPR di Lombok Utara. Bangunan tersebut difungsikan sebagai Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan, Desa Karang Bajo.
Kondisi dua bangunan tersebut masih utuh meski diguncang gempa berkekuatan magnitude 7 terjadi pada Minggu,tanggal 5 Agustus 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News