BATAM. Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani mengakui target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 5%-8%, sulit dicapai.
"Target RPJMD sebesar 8% tidak tercapai. Bukannya karena tidak berusaha tapi situasi eksternal yang menyebabkan itu," kata Gubernur saat membuka Gerakan Nasional Non Tunai Bank Indonesia di Batam, Kepri, Minggu (7/6).
Meski tidak mencapai target dalam RPJMD, pertumbuhan ekonomi di Kepri lebih tinggi dibanding nasional. Saat ini, pertumbuhan ekonomi di Kepri mencapai 7,3%. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I lalu yang sebesar 4,1%.
"Kami masih punya waktu untuk mengejar target sampai akhir tahun ini. Mudah-mudahkan tercapai, meski sulit," kata dia.
Beberapa faktor eksternal yang menyebabkan sulit mencapai target antara lain melemahnya perekonomian Eropa, krisis ekonomi global, menurunnya harga minyak dunia dan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Faktor-faktor itu dipercaya menjadi penghambat investasi asing di Kawasan Batam yang memicu perlambatan pertumbuhan di seluruh wilayah Kepri.
Padahal, kata Gubernur, pemerintah sudah melancarkan sejumlah rencana untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di seluruh Kepri, yaitu dengan pelaksanaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan Karimun (FTZ BBK) serta kawasan pengembangan sektor bahari dan pariwisata di Natuna, Anambas dan Lingga (NAL).
"Strategi kami dengan FTZ BBK dan NAL. NAL juga didorong agar tumbuh dan berkembang, agar ada nilai positif," kata dia.
Sementara itu, selain pertumbuhan ekonomi, Gubernur menilai target dalam RPJMD lainnya tercapai, antara lain penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
"Pengangguran sekarang tinggal 6%, kemiskinan juga tinggal 6%, dari sebelumnya 11%. Ini semua akan kami sampaikan pada DPRD pada akhir masa kerja," kata Gubernur. (Jannatun Naim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News