YOGYAKARTA. Komisi VI DPR RI mendorong percepatan pembangunan kereta rel listrik relasi (KRL) Yogyakarta-Solo yang bisa dilanjutkan hingga Kutoarjo. Diharapkan, kereta komuter tersebut sudah bisa beroperasi sebelum 2019.
"Keberadaan moda transportasi massal untuk melayani dua kota ini sudah sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah segera mewujudkan KRL relasi Solo-Yogyakarta yang bisa dilanjutkan hingga Kutoarjo," kata Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Aryo dalam kunjungan kerjanya di Stasiun Tugu Yogyakarta, Rabu (30/3).
Menurut dia, Yogyakarta sebagai kota tujuan utama wisata di Pulau Jawa membutuhkan fasilitas berupa transportasi massal yang baik dan ramah lingkungan, sehingga kereta rel listrik merupakan pilihan yang tepat.
Selain untuk mendukung perkembangan industri pariwisata, potensi pengguna transportasi massal di kedua kota tersebut cukup banyak. Warga DIY berjumlah sekitar 3,5 juta, warga Solo tercatat sebanyak 2 juta. Sedangkan warga di sekitar Yogyakarta dan Solo mencapai sekitar 6 juta - 7 juta orang.
Infrastruktur di Yogyakarta, lanjut dia, mampu mendukung realisasi proyek pembangunan kereta rel listrik karena cadangan listrik yang ada mencapai 100% dari kebutuhan listrik di wilayah tersebut.
"Keberadaan moda transportasi massal yang baik juga akan mendorong produktivitas kerja masyarakat. Fasilitas pendukung juga perlu terus diperbaiki sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan kereta," katanya.
Selain pembangunan kereta rel listrik, target jangka menengah yang perlu direalisasikan adalah pembangunan kereta menuju bandara baru DIY yang berada di Kabupaten Kulon Progo.
Saat ini, PT KAI sedang mewujudkan pembangunan kereta bandara menuju Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng dan Bandara Internasional Minangkabau.
Sementara itu, Manager Corporate Communications PT KAI Eko Budianto mengatakan, realisasi pembangunan kereta rel listrik relasi Solo-Yogyakarta dan mungkin dilanjutkan hingga Kutoarjo, akan dilakukan tahun ini, diawali dengan membangun jaringan listrik aliran atas.
"Ribuan tiang yang dibutuhkan untuk membangun jaringan listrik aliran atas sudah ada di Stasiun Jebres," katanya.
Proyek pembangunan kereta rel listrik akan dilakukan langsung oleh pemerintah pusat. "Harapannya, keberadaan kereta tersebut bisa menggantikan armada Prambanan Ekspres yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Eko.
Setiap hari, kereta komuter Prambanan Ekspres mengangkut sekitar 6.000 penumpang. Kapasitas tersebut belum memenuhi kebutuhan yaitu sekitar 10.000 penumpang per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News