PPKM - JAKARTA. Pada periode 31 Januari - 6 Februari 2022, kasus Covid-19 di DKI Jakarta terus mengalami kenaikan. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengumumkan bahwa sudah ada 44 ribu penambahan kasus di periode tersebut.
Terus naiknya kasus Covid-19 di ibukota negara Indonesia ini memunculkan pertanyaan, apakah akan berpengaruh banyak terhadap ekonomi, terutama setelah pemerintah mengumumkan juga bahwa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di daerah ini.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa kejadian saat ini akan menghambat pemulihan ekonomi.
Akan tetapi, ia menilai saat ini kondisi ekonomi tidak akan banyak terganggu karena pelaku usaha sudah lebih beradaptasi dengan pembatasan sosial. Berbeda dengan kondisi saat varian delta sedang merebak.
Ia juga melihat bahwa tingkat adaptasi yang tinggi tersebut akan membuat perekonomian di DKI Jakarta relatif masih bisa tumbuh positif, walaupun varian Omicron sedang melanda.
ppkmBaca Juga: Kemendagri Lakukan Penyesuaian Level PPKM di Jawa-Bali
"Masyarakat sebagai konsumen pun memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi. Misalnya perubahan cepat konsumsi makanan minuman di restoran secara fisik menjadi pesan antar makanan. Perkantoran di Jakarta juga lakukan penyesuaian dengan work from home (WFH). Tingkat adaptasi yang tinggi itu akhirnya membuat perekonomian di DKI Jakarta relatif bisa tumbuh positif, meski ada Omicron," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/2).
Menurutnya kinerja ekspor yang melesat karena naik pesatnya harga komoditas ikut membantu pergerakan ekonomi DKI Jakarta karena pusat bisnis ada di daerah ini. "Dilihat dari pergeseran okupansi penyewaan kantor di DKI, pertambangan, konstruksi dan perkebunan cukup marak selama paruh kedua 2021. Tren ini akan berlanjut," ungkapnya.
Bhima juga optimistis pertumbuhan ekonomi di Jakarta di kuartal I/2022 masih akan tumbuh positif. Akan tetapi, perkiraannya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak akan mencapai angka 5% di kuartal I/2021. "Prediksinya masih bisa tumbuh positif meski bukan di level 5%," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News