Jakarta. Pada ajang pemilihan kepala daerah / Pilkada DKI Jakarta 2017, para kontestan memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan calon pemilih.
Ruhut Sitompul, juru bicara tim pemenangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat mengatakan pemanfaatan media sosial bukan cara baru. Makanya, wajar bila ada tim khusus Ahok-Djarot yang menangani media sosial. "Sekarang semua orang pakai gadget. Apalagi di Jakarta. Orang-orang sudah pintar," katanya Selasa (16/11).
Pemanfaatan media sosial dan internet memang pernah digarap khusus oleh tim Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada 2012. Mereka membuat tempat khusus untuk para relawan yang diberi nama War Room dan Data Center Relawan Jakarta Baru.
Kali ini para relawan media sosial pasangan Ahok-Djarot yang tergabung dalam Jasmev (dulu singkatan Jokowi-Ahok social media volunteer) masih berkomitmen mendukung pasangan nomor urut 2 ini.
Sementara Roy Suryo dari kubu Agus Harimurti-Sylviana Murni mengklaim meski menggarap dunia maya dalam tim khusus, tak ada buzzer yang menyerang kontestan lain di timnya. "Tim cyber kami hanya menjual kebaikan dan keramahan dari pasangan Agus-Sylvi lewat akun resmi kami," kata Roy.
Roy Suryo juga mengajak netizen melapor jika ada bukti bahwa anggota timnya melancarkan komentar bernada kebencian dan memberi info yang tidak benar.
Sedangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno memilih mengandalkan selebritis yang sudah punya popularitas di media sosial. "Lewat mereka harapannya program dan kegiatan Anies-Sandi bisa menjadi viral," kata Mardani Ali Sera, ketua tim pemenangan pasangan nomor urut 3 ini.
Yuliandre Darwis, Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) menilai buzzer memanaskan suhu politik pilkada, terutama di ibukota. Pasalnya buzzer bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku masyarakat. Makanya, ia mengajak masyarakat untuk waspada mencerna informasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News