BMKG - Cuaca dingin yang belakangan dirasakan masyarakat di kawasan Jabodetabek tak lepas dari dua fenomena alam yang tengah berlangsung.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa suhu yang terasa lebih rendah dari biasanya ini disebabkan oleh kombinasi monsun Australia dan fenomena aphelion.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, monsun Australia membawa udara kering yang menyapu sebagian wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Pulau Jawa.
Akibatnya, malam hari terasa lebih dingin dari biasanya, bahkan siang hari pun tidak sepanas bulan-bulan sebelumnya.
"Monsun Australia sifatnya lebih kering, sehingga ketika malam itu terasa lebih dingin, dan siang pun tidak sepanas pada saat bulan-bulan lainnya," kata Ardhasena dalam konferensi pers BMKG, Senin (7/7/2025).
Ia menambahkan, kondisi tersebut bertepatan dengan fenomena aphelion, yaitu ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya.
Baca Juga: BMKG: Hujan Ekstrem Masih Terkadi di Jakarta Lalu Bergerak ke Indonesia Timur
Fenomena ini secara alamiah membuat radiasi Matahari sedikit lebih lemah, sehingga turut menurunkan suhu udara.
"Kebetulan secara timing memang sama, tetapi kan aphelion ini fenomena yang skala planetary," ujarnya.
Sebelumnya, kabut tipis menyelimuti sejumlah wilayah Jabodetabek, seperti Bekasi dan Depok, sepanjang hari pada Minggu (29/6/2025). Kondisi ini membuat warga merasakan suasana yang tidak biasa.
"Depok yang biasanya panas jadi adem. Vibes-nya sendu karena berkabut. Jadi rasanya beda," kata Angga (17), warga Kota Depok.
Tonton: Apa Itu Kemarau Basah Ini Arti, Tanda Tanda, dan Prediksi BMKG
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Udara Mendadak Dingin di Jabodetabek, BMKG Beberkan Dua Penyebab Utamanya"
Selanjutnya: Hati-Hati, Memaki Teman dengan Nama Binatang Bisa Dipenjara!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News