Menggapai Mimpi Berselancar ke Dunia Maya dari Pelosok Nusantara

Minggu, 20 Oktober 2024 | 09:45 WIB   Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Tendi Mahadi
Menggapai Mimpi Berselancar ke Dunia Maya dari Pelosok Nusantara

ILUSTRASI. Tower Pulau: Menara telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Talaud, Kamis (29/8/2024). Kberadaan menara-menara telekomunikasi diperlukan untuk memperlancar sinyal telekomunikasi di daerah terluar Indonesia. KONTAN/Baihaki/29/8/2024


TELEKOMUNIKASI - TALAUD. Pemerataan akses telekomunikasi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) menjadi perhatian utama pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Salah satu upaya monumental ini dilaksanakan melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika, dengan tujuan menghubungkan masyarakat terpencil ke dunia digital.

Salah satu tempat yang menjadi fokus program tersebut adalah Kabupaten Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara—salah satu titik terluar Nusantara.

Baca Juga: Penuntasan Proyek Infrastruktur Diwariskan ke Prabowo

Rintangan di Laut dan Darat

Menyusuri Talaud bukan perkara mudah. Dari Manado, tim KONTAN harus mengarungi lautan selama 14 jam hingga tiba di Melonguane, ibu kota kabupaten di Pulau Karakelang. Di balik panorama alamnya yang memukau, kabupaten ini masih berjuang mendapatkan akses telekomunikasi memadai.

Selama bertahun-tahun, jaringan internet menjadi harapan sekaligus tantangan bagi warga Talaud. Meski akses internet di pusat kota Melonguane sudah cukup memadai—streaming YouTube atau video call bisa dilakukan dengan lancar—tantangan sebenarnya muncul ketika tim bergerak lebih jauh menuju desa-desa di Pulau Karakelang.

Dari Melonguane, tim melintasi Jalan Lingkar Karakelang menuju Desa Makatara di Kecamatan Beo Utara. Sepanjang perjalanan sejauh 45 kilometer, koneksi internet hilang-timbul, hanya tersedia melalui jaringan Telkomsel di beberapa titik tertentu.

Saat melewati kebun dan lahan kosong, sinyal menghilang seketika—kecuali bila kebetulan ada menara BTS berdiri di tengah area sunyi.

Tonton: Internet di Talaud, Kawasan 3T Ujung Utara Indonesia I KONTAN Jelajah Infrastruktur Berkelanjutan

Johan Suru, Lurah Desa Makatara, menyambut tim dengan ramah dan mengajak melihat pusat kerajinan serat pisang abaka yang menjadi kebanggaan desanya.

Di sana, kami kembali merasakan masalah klasik: sinyal telepon tiba-tiba lenyap begitu kami masuk lebih jauh dari jalan utama. Johan menyebut bahwa warga kerap berjalan hingga ke pantai untuk mencari sinyal ketika jaringan hilang.

“Kami sudah pernah menghibahkan lahan untuk pembangunan BTS dari Kominfo, tapi sampai sekarang menara yang dijanjikan tak kunjung berdiri,” ungkap Johan dengan nada penuh harap.

Baca Juga: Belasan Jam Mengarungi Lautan Demi Menginjakkan Kaki di Talaud

Berburu Internet di Pinggir Hutan

Perjalanan berlanjut ke Desa Nunu Utara di sisi timur Pulau Karakelang. Di sepanjang jalur Beo-Rainis, kondisi jaringan semakin buruk karena pemukiman semakin jarang. Kami bahkan menemukan beberapa warga yang sengaja memarkir sepeda motor di tepi hutan, tepat di bawah BTS Telkomsel, hanya demi menangkap sinyal.

Dua anak yang kami temui di sana asyik bermain game Free Fire. Willy, salah satu anak, mengaku datang jauh-jauh dari desanya agar bisa bermain tanpa terganggu masalah sinyal. “Kalau di rumah, sinyalnya tidak ada,” ujarnya polos.

Baca Juga: Mimpi Mewujudkan Desa Rasa Kota Lewat Pemerataan Internet di Wilayah 3T

Di Desa Nunu Utara, kami bertemu Yustin Bawellung, ketua kelompok perajin emping. Ia mengungkapkan impiannya untuk memperluas pemasaran emping secara online.

“Kalau internet lancar, kami bisa menjual produk lewat online shop,” ujar Yustin penuh harap. Namun hingga kini, kelompok perajin di desanya hanya bisa mengandalkan metode konvensional, mengirim emping secara manual ke Manado atau pasar lokal di Talaud.

Perjalanan menyusuri Talaud menunjukkan bahwa meskipun program pemerataan telekomunikasi mulai dirasakan manfaatnya di beberapa titik, tantangan akses di pedalaman masih nyata. Infrastruktur yang tidak merata membuat banyak warga harus berjuang keras demi sinyal.

Tonton: Menggali Harta Karun di Talaud I KONTAN Jelajah Infrastruktur Berkelanjutan

Namun, optimisme tetap ada. Program seperti SATRIA-1 dan pembangunan BTS baru diharapkan segera terealisasi, membuka jalan bagi masyarakat Talaud menuju dunia digital yang lebih inklusif.

Seperti kata Johan, “Seluas apa pun tanah yang diminta akan kami kasih, yang penting di sini ada BTS agar warga bisa menikmati internet dengan lancar.”

Talaud adalah potret perjuangan masyarakat 3T untuk menggapai akses telekomunikasi—sebuah kebutuhan esensial di era serba digital. Mereka tak hanya mencari sinyal untuk hiburan, tetapi juga untuk pendidikan, usaha, dan membuka pintu bagi peluang ekonomi baru.

Di tengah keterbatasan dan tantangan alam, harapan akan konektivitas yang lebih baik tetap menyala di hati masyarakat Talaud. Mimpi mereka sederhana: bisa terhubung dengan dunia, tak lagi terisolasi di pinggiran Nusantara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar
Terbaru