Mengintip sukses Singapura naturalisasi sungai dalam atasi banjir

Jumat, 03 Januari 2020 | 10:40 WIB Sumber: Kompas.com
Mengintip sukses Singapura naturalisasi sungai dalam atasi banjir

ILUSTRASI. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI (1/11/2019).


BANJIR JAKARTA - JAKARTA. Sejak kampanye hingga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam beberapa kesempatan, menyampaikan kalau salah satu cara efektif pengendalian banjir di ibu kota bisa dilakukan dengan naturalisasi.

Konsep tersebut bahkan langsung direalisasikannya dengan menerbitkan Peraturan Gubernur DKI Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air secara Terpadu dengan Konsep Naturalisasi.

Di dalam Pergub, naturalisasi didefinisikan sebagai cara mengelola prasarana sumber daya air melalui konsep pengembangan ruang terbuka hijau dengan tetap memperhatikan kapasitas tampungan, fungsi pengendalian banjir, dan konservasi.

Baca Juga: BNPB: Korban meninggal banjir Jabodetabek capai 43 jiwa hingga Jumat (3/1)

Konsep naturalisasi, kata Anies, bukan barang baru. Dia mencontohkan, Singapura telah lama mengadopsi naturalisasi untuk menata sungai sekaligus mengatasi banjir yang dulunya kerap menggenangi negara pulau bekas koloni Inggris itu. Bahkan, Anies secara khusus bertemu dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Singapura Lawrence Wong guna membahas naturalisasi.

Ini mengingat meningat Singapura telah melakukan perubahan dari kanal-kanal beton menjadi sungai yang alami. Dilansir Harian Kompas, 6 Mei 2019, dari data Badan Nasional Air Singapura, Public Utilities Board, Sungai Kallang di Bishan-Ang Mo Kio Park adalah bagian proyek naturalisasi sungai Pemerintah Singapura.

Baca Juga: Setelah Banjir Air, Muncul Banjir Klaim Asuransi premium

Program ini disebut ABC Waters Programme. Dimulai pada 2006, program itu mengubah Sungai Kallang dari kanal beton menjadi sungai yang meliuk alami dengan bantaran hijau. Teknik dan perencanaannya begitu rumit, tak sekadar membersihkan dan menanami tepian sungai dengan tanaman produktif. Sekitar 10 tipe teknik bio-engineering diterapkan di sana.

Percobaannya saja memakan 11 bulan. Tanaman di sana bukan hanya tanaman produktif, tetapi justru didominasi tanaman yang secara alami tumbuh di sekitar sungai. Di bagian hulu terdapat biotope, yaitu sebidang tanaman yang sengaja dirancang sebagai penyaring polusi alami.

Baca Juga: Hewan peliharaan anda butuh evakuasi karena banjir? Bisa hubungi nomer ini

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru