Menilik Program Inovasi Kilang Pertamina Internasional (KPI) Sei Pakning

Senin, 31 Oktober 2022 | 15:58 WIB   Reporter: Vina Elvira
Menilik Program Inovasi Kilang Pertamina Internasional (KPI) Sei Pakning

Revitalisasi dan konservasi kawasan mangrove oleh?Kilang Pertamina Internasional di?wilayah pesisir Desa Pangkalan Jambi, Bukit Batu, Bengkalis, Riau.


LINGKUNGAN HIDUP - BENGKALIS. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning mengembangkan beragam program inovasi sosial di wilayah sekitar Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Kegiatan inovasi yang terhimpun dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) ini didasari oleh sejumlah persoalan yang terjadi di sekitar wilayah kerja PT Kilang Pertamina Internasional. Seperti, kebakaran hutan dan lahan gambut, degradasi lahan, hingga kerusakan ekosistem darat dan pesisir gambut. 

Salah satu program utama yang dikembangkan Pertamina yakni revitalisasi dan konservasi kawasan mangrove di wilayah pesisir Desa Pangkalan Jambi, Bukit Batu, Bengkalis, Riau, yang sudah berjalan sejak tahun 2017 silam.

Baca Juga: Pertamina Akan Kerek Kapasitas Produksi Green Refinery Cilacap Hingga Dua Kali Lipat

Manager Produksi Sei Pakning, Antoni R Doloksaribu bercerita, revitalisasi hutan mangrove ini merupakan program CSR prioritas Pertamina. Ini menjadi penting lantaran sebesar 115 meter lahan di pesisir Desa Pangkalan Jambi sudah tergerus oleh air laut, yang mengakibatkan lahan daratan pun semakin menipis. 

Atas dasar hal itu, Pertamina mengenalkan teknologi Triangle Mangrove Barrier (Trimba) yang belum pernah digunakan sebelumnya.

Trimba merupakan modifikasi alat pemecah ombak untuk menyiapkan lahan sebelum ditanam oleh pohon mangrove, dan diklaim dapat meningkatkan keberhasilan penanaman mangrove hingga 50%.

"Masyarakat menghadapi lahan mereka selalu tergerus, sehingga perumahan mereka menajadi mundur karena abrasi. Oke mari kita sama-sama agar bagaimana tidak jadi abrasi, itu fokus kita," ungkap Antoni, Selasa (25/10) lalu. 

Pertamina juga mengembangkan beberapa program lainnya, seperti mangrove education center sebagai platform pembelajaran ekosistem pesisir mangrove dan pengembangan rumah produksi olahan dan kantin wisata. Ini diharapkan dapat menjadi ceruk pendapatan baru bagi warga setempat. 

"Dan melalui hutan mangrove juga masyarakat bisa menambah ekonominya dengan membuat keripik, dodol, kemudian juga mereka bisa menangkap ikan, pengeringnya kita sediakan dengan sistem memanfaatkan panas matahari sebagai pengering ikan hasil tangkapan mereka," jelas Antoni. 

Menjawab persoalan lainnya, Pertamina mengembangkan pengolahan air gambut menjadi air bersih & air layak konsumsi melalui inovasi filtrasi air gambut (Filagam) di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis.

Inovasi filagam yang dihadirkan Pertamina ini dinilai Antoni sangat disambut baik oleh warga setempat. Mengingat memang masyarakat Dusun Beringin ini punya kendala terhadap akses air bersih. Menurutnya, masyarakat sekitar biasanya menggunakan air gambut yang berwarna merah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga: Pertamina Kilang Internasional Kembangkan Filtrasi Air Gambut bagi Masyarakat

"Yang lama itu mendengarkan keluh kesah mereka, di mana mereka sangat sulit dapatkan air bersih. Jadi yang mereka butuhkan? Tapi merealisasikannya sangat gampang karena kompetensi kami, kami punya orang-orang maintenance, kami punya bahan kimia kami punya teknologi," ungkap Antoni. 

Melalui filagam ditargetkan dapat memproduksi 5.840 ton air bersih per tahun sehingga dapat dimanfaatkan oleh 116 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Dusun Beringin. Tak berhenti sampai di situ, Pertamina juga saat ini merintis program pengelolaan lahan gambut lewat penanaman tanaman holtikultura untuk mendongkrak ekonomi warga di Kelurahan Sungai Pakning. 

Sejumlah inovasi pun diciptakan oleh Pertamina untuk memudahkan warga setempat dalam mengelola pertanian di lahan gambut tersebut. Salah satunya lewat teknologi fertilizer injector (ferin), yang memungkinkan para petani untuk melakukan pemupukan dua kali lebih cepat. 

"Kita melihat bagaimana masyarakat di sini menanam kebutuhan sehari-hari yaitu untuk cabe, sayur dengan tanaman holtikultura di lahan gambut. Tadi bisa kita lihat hasil panenya. Mereka sudah bisa mendapatkan hasil panen yang cukup lumayan untuk meningkatkan taraf hidup mereka," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru