MRT akan beroperasi di Maret 2019

Selasa, 31 Oktober 2017 | 22:31 WIB   Reporter: Agatha Claudia Pascal
MRT akan beroperasi di Maret 2019


MRT - JAKARTA. PT MRT Jakarta telah memasang box girder terakhir pada jalur layang MRT Jakarta, Selasa (31/10). Kemajuan pengerjaan MRT sudah mencapai 83,07% saat ini, dengan target beroperasi di 2019.

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William P. Sabandar mengatakan 83,07% ini berasal dari 74,64% pengerjaan untuk jalur layang dan 91,57% untuk pengerjaan bawah tanah. "Targetnya ingin mengejar 7% hingga 8% proses hingga akhir tahun, supaya menjadi sekitar 91%," katanya di Site Office MRT Lebak Bulus. Selasa (31/10).

Dengan jalur layang yang sudah tersambung secara keseluruhan William yakin, pengerjaan MRT akan sesuai target.

"Pada 31 Oktober ini, jalur layang selesai, dari Lebak Bulus sampai Patung Pemuda, Senayan. Hal ini membuat kami optimis MRT Jakarta akan beroperasi sesuai jadwal pada Maret 2019," tambahnya.

Nantinya, akan ada 16 set kereta MRT dengan 14 set untuk operasional dan 2 set untuk cadangan. Nanti, jarak tempuhnya 16 kilometer, kereta diperkirakan akan melayani 173.400 penumpang setiap harinya.

Pengerjaan MRT sendiri dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pertama dengan jalur layang, sedangkan fase kedua untuk jalur bawah tanah. Pada pengerjaan fase pertama, PT MRT Jakarta mengucurkan dana sebesar Rp 16 triliun, untuk fase kedua dana yang dikeluarkan sebesar Rp 22,5 triliun.

Meskipun fase pertama sudah selesai pasang untuk box girder terakhir, PT MRT Jakarta mengatakan bahwa fokus utama yang akan diselesaikan adalah Stasiun Dukuh Atas. Dukuh atas menjadi fokus utama karena ada beberapa pengembangan terkait di stasiun tersebut, seperti kereta bandara.

Willy juga bercerita mengenai stasiun yang rencananya akan di bangun di Haji Nawi, sebelumnya PT MRT Jakarta belum berhasil mendapatkan lahan ini. Saat ini MRT Jakarta telah mendapatkan izin untuk lahan tersebut.

Selain itu, daerah Kampung Bandan sedang dalam proses penyelesaian.

"KPPIP (Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas) sedang mengupayakan penyelesaiannya dengan kementrian koordinator bidang kemaritiman RI. Karena disana HPL dimiliki PT KAI, lalu HGB ada satu yang masih dimiliki pihak ketiga sehingga kita meminta bantuan pemerintah untuk itu," bilangnya.

PT MRT Jakarta juga mengupayakan kesempatan untuk dapat memperoleh subsidi dari pemerintah. Untuk sementara proyeksi tiket MRT nantinya sekitar Rp 20.000 namun akan bergantung pula pada jarak tempuh.

Ada beberapa skema bisnis yang sudah dirancang oleh PT MRT Jakarta, antara lain seperti advertisement di telekomunikasi, televisi, dan retail. MRT juga akan berintegrasi dengan kawasan transit oriented development (TOD).

Rencananya, akan ada 8 kawasan TOD yang akan dibangun. Hingga saat ini ada 40 pengembang yang akan bekerjasama dalam membangun kawasan TOD, namun Willy enggan menyebutkan nama pengembang.

"Harapannya kawasan TOD mampu mengurangi pengguna motor, meningkatkan kawasan pedestrian, meningkatkan kawasan untuk kegiatan ekonomi, meningkatkan nilai property, dan menambah pilihan moda pergerakan," kata Willy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru