CLOSE [X]

Nelayan Cilacap masuki musim panen ikan

Kamis, 14 Mei 2015 | 13:17 WIB Sumber: Antara
Nelayan Cilacap masuki musim panen ikan

ILUSTRASI. Menurut kalender pendidikan masing-masing wilayah, liburan sekolah akhir tahun 2023 dijadwalkan hingga awal tahun 2024.


CILACAP. Nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, segera memasuki musim panen karena saat ini telah berada pada awal musim angin timur, kata Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto.

"Wilayah perairan selatan Jateng dalam beberapa hari ini sudah memasuki awal musim angin timur sehingga diperkirakan musim panen ikan akan berlangsung mulai akhir bulan Juni atau awal Juli," katanya di Cilacap, Kamis (14/5).

Kendati demikian, dia mengakui bahwa musim panen ikan itu tetap tergantung pada kondisi cuaca di perairan selatan Jateng.

Jika anginnya kencang, kata dia, nelayan tetap saja tidak bisa melaut karena gelombangnya tinggi seperti yang terjadi dalam satu pekan terakhir.

"Meskipun dalam satu pekan terakhir ini terjadi gelombang tinggi, ada nelayan yang tetap melaut secara 'jolokan' (melaut jarak dekat, red.). Mereka biasanya pergi melaut sekitar pukul 15.00 WIB di saat gelombang tenang dan pulang sekitar pukul 20.00-21.00 WIB," katanya.

Dalam hal ini, dia mencontohkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pandanarang (salah satu TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo, red.)yang mulai diramaikan dengan aktivitas nelayan yang melelang ikan hasil tangkapan mereka setiap malam hari.

Menurut dia, ikan yang banyak dilelang oleh nelayan di TPI Pandanarang berupa bawal putih karena ikan-ikan lainnya belum banyak yang muncul di perairan selatan Jateng.

"Bawal putih cukup bagus, kalau ikan lainnya belum muncul. Paling ikan-ikan kecil atau lembutan di TPI Sentolo Kawat (TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo, red.) yang harganya berkisar Rp3.000-Rp3.500 per kilogram," katanya.

Sementara untuk harga ikan bawal putih, kata dia, berkisar Rp75.000-Rp180.000 per kilogram yang bergantung pada ukurannya.

"Tapi itu harga lelang," jelasnya.

Dengan datangnya awal musim angin timur, kata dia, nelayan Cilacap memiliki harapan untuk kembali melaut guna mendapatkan ikan sehingga ada penghasilan.

"Saat ini, mereka paling tidak ada pemasukan Rp600.000-Rp700.000 sekali melaut," katanya.

Salah seorang nelayan, Sarto mengakui bahwa dalam satu pekan terakhir, gelombang di perairan selatan Jateng cukup tinggi.

Kendati demikian, dia mengaku nekat melaut meskipun secara "jolokan".

"Saya berangkat menjelang sore hari dan pulang malam hari. Hasilnya lumayan meskipun hanya dapat ikan lembutan sekitar 20-30 kilogram," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo memprakirakan musim angin timur di perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai berlangsung pada bulan Juni seiring dengan datangnya musim kemarau.

Menurut dia, musim angin timur bagi nelayan Cilacap dan sekitarnya identik dengan musim panen ikan dimana berbagai jenis ikan bermunculan di perairan selatan Jateng dan DIY.

"Namun nelayan tetap harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi karena angin yang bertiup searah berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi," katanya.

Ia mengatakan bahwa potensi terjadinya gelombang tinggi terjadi sejak satu pekan terakhir sehingga BMKG Cilacap telah beberapa kali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi.

Bahkan, kata dia, peringatan dini gelombang tinggi terakhir dikeluarkan pada hari Rabu (13/5) yang berlaku hingga hari Jumat (15/5), pukul 19.00 WIB.

"Peringatan dini tersebut dikeluarkan karena tinggi gelombang maksimum di wilayah pantai selatan Jateng dan DIY berpeluang mencapai 3 meter dengan kecepatan angin 5-15 knots yang bertiup dari arah tenggara sedangkan tinggi gelombang maksimum di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng-DIY berpotensi mencapai 4 meter dengan kecepatan angin 10-22 knots yang bertiup dari arah tenggara," katanya.

Oleh karena itu, dia mengimbau nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi saat melaut karena gelombang setinggi 3 meter berbahaya bagi perahu berukuran kecil.

Selain itu, kata dia, wisatawan diimbau untuk tidak berenang di pantai terutama wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas karena gelombang tinggi dapat terjadi sewaktu-waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru